Bagikan:

Hanya Sebutir Nasi untuk Banjir

Mungkin Jakarta tadi malam mencetak rekor pemisuh paling banyak sedunia.

SURAT PEMBACA

Kamis, 03 Okt 2013 10:34 WIB

Hanya Sebutir Nasi untuk Banjir

Banjir

Mungkin Jakarta tadi malam mencetak rekor pemisuh paling banyak sedunia.Bagaimana tidak, jika mereka yang terjebak kemacetan akibat banjir mayoritas ngeluh mulai dari yang  lembut sampai keluar kosakata kebun binatang. Memasuki musim penghujan, warga Jakarta sudah harus berhadapan dengan banjir dan kemacetan yang semakin menggila. Tetapi sebelum menyalahkan pemerintah, sudahkan kita berperilaku disiplin dalam menjaga lingkungan. Apakah masih ada dari kita yang seenaknya membuang sampah sembarangan?Yupsss sampah yang ternyata menjadi penyumbang banjir di Jakarta. Tentu saja tak hanya sampah, alih fungsi lahan dan hutan yang tak terkendali, penurunan tanah dan  pemberian Ijin Mendirikan Bangunan yang tidak mempertimbangkan keseimbangan ekologis menjadi faktor penyebab banjir juga.

Saya sering sewot, pakai acara tegur tegas, jika ada yang semena-mena buang sampah tak pada tempatnya. Bukan kok saya sok peduli lingkungan, tetapi saya meyakini jika perbuatan kecil itu akan memberikan dampak besar dalam diri kita. Jadi jika satu orang buang sampah sembarangan, dan ternyata diikuti banyak orang, betapa kotornya lingkungan sekitar. Tak hanya itu, sampah itu kemudian akan menyumbat aliran air. Ketika hujan menumpuk dan menghalangi jalannya air, atau membuat air tak bisa terserap ke tanah, dan akhirnya banjirr deh...

Saya akui dulu sukaselebor soal urusan sampah ini.  Untuk sampah permen yang kecil itu, kadang mak weeeerr buang begitu saja, tanpa rasa bersalah. Hingga suatu ketika, saya ngobrol dengan seseorang yang menyadarkan betapa buruknya kelakuan saya itu.  Dia adalah Hong Thjin pemimpin sebuah salah satu televisi yang menjauhkan diri dari tayangan-tayangan kekerasan itu. Kala itu saya wawancara dia soal rumah susun yang dibangun oleh Yayasan Budha Tzu Chi. Nah hal yang paling ditekankan ke penghuni rusun itu adalah membuang sampah pada tempatnya. Maklum penghuni Rusun ini adalah para korban banjir di sepanjang Bantaran Kali Angke, Jakarta Utara.  Sampah di rusun ini tak boleh dibuang seenaknya bahkan kalau bisa diubah menjadi "emas", lewat proses daur ulang.  Bahkan satu biji nasi tidak boleh dibuang di saluran tempat cuci piring. Hanya sebutir nasi, tapi kalau kata Hong Thjin jika ratusan penghuni rusun juga membuang satu butir nasi seharinya, maka akan membuat saluran air mampet, dan akhirnya banjir.

HANYA SEBUTIR NASI....

Dari situ saya kemudian kayak ditempeleng..betapa kok ya tak pernah berpikir sejauh itu. Mulailah kemudian saya berusaha disiplin dalam memperlakukan sampah. Sebisa mungkin hemm HARUS tepatnya, membuang sampah pada tempatnya. Kalau kemudian tak ada bak sampah, maka saya taruh saja di tas. Bahkan kadang sampai lupa berhari-hari masih dalam tas.

Jika awalnya hanya pada diri sendiri, sekarang sedikit demi sedikit mulai rewel jika lihat orang membuang sampah sembarangan. Siap-siap saya tegur, dan meminta mereka memungut sampah itu. Kalau kemudian marah dan saya lagi baik hati, yah saya pungut sendiri saja.

Mungkin itu memang langkah kecil, tapi gak ada ruginya dijalankan. Dan apa susahnya sih membuang sampah-sampah itu di tempat yang layak??

Saka
Kalibata

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending