Bagikan:

Rumah Beton Kami

Masalah penghasilan ini memang mesti menjadi perhatian. Menurut pengamat perkotaan Marco Kusumawijaya, upah mereka mungkin cukup untuk sebulan.

SAGA

Jumat, 14 Des 2012 13:49 WIB

Rumah Beton Kami

rumah beton, kolong jembatan

Masalah penghasilan ini memang mesti menjadi perhatian. Menurut pengamat perkotaan Marco Kusumawijaya, upah mereka mungkin cukup untuk sebulan. Tapi, ada hal-hal lain yang perlu juga diperhatikan. Misalnya jaminan mereka soal kesehatan dan keselamatan karena mereka tinggal di tempat yang kurang layak.

“Penghasilan mereka mencukupi untuk bepergian dari tempat tinggal ke tempat kerja. Nah itu menurut saya harus menjadi perhatian khusus. Disamping persoalan teknisnya. Kalau mereka tinggal di bawah jembatan dengan cara yang salah, itu bisa membahayakan kesehatan mereka sendiri, disamping membahayakan jembatan itu. Yang saya tahu misalnya di bawah Jembatan Kuningan, itu bukan mereka tinggal di bawah jembatan, tapi mereka bergelantungan pada jembatan itu kan,” jelas Marco.

Ironis. Mereka bekerja untuk masyarakat. Tapi pemerintah seolah tak mau tahu. Kembali Marco Kusumawijaya.

“Mungkin mereka statusnya tidak pegawai negeri. Tapi mereka berstatus pegawai kontrak pemerintah Jakarta karena tugas mereka membersihkan taman dan sebagainya. Saya rasa itu harus diperhatikan karena mereka melakukan tugas untuk masyarakat. Aneh sekali kalau kemudian mereka tidak mampu mendapat tempat tinggal yang layak dalam pengertian dua hal, layak tempat tinggal. Dan yang kedua, penghasilan mereka mencukupi untuk bepergian dari tempat tinggal ke tempat kerja,” tambah Marco.

Tak hanya orang tua, tapi bagaimana nasib anak-anak kolong jembatan itu kelak? Bukan mau mereka untuk tinggal di kolong jembatan, dikelilingi beton, dengan setiap harinya harus berjalan menunduk. Sementara di atas mereka, lalu lalang kemegahan Jakarta.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending