Bagikan:

Perjuangan Buruh Raih THR

Bersama 50 rekannya dari PT Asian Collection Garmen mereka mogok kerja karena terancam tak mendapat Tunjangan Hari Raya (THR).

SAGA

Jumat, 02 Agus 2013 21:25 WIB

Perjuangan Buruh Raih THR

Buruh, THR, Kawasan Berikat Nusantara, Jakarta, LBH Jakarta

KBR68H - Jelang Lebaran ribuan buruh terancam di PHK dan  tidak mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR). Situasi ini dialami pekerja di Jakarta yang bekerja di PT Asian Collection Garmen  dan PT Usi Apprareal.  Mereka lantas menggelar unjuk rasa dan melaporkan masalah ini ke Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. KBR68H menemui beberapa buruh yang tengah memperjuangkan nasib mereka.

“Nama lengkap saya Atliserita ya. Orang sering memanggil saya Aat. Usia saya 43 tahun, Saya karyawan di PT Asian Collection Garmen. Sudah 3 bulan saya di PT ini.” Demikian perkenalan Ibu tiga anak itu kepada KBR68H.

Dia menuturkan butuh waktu 1 jam dari tempat singgahnya di Semper, Jakarta Utara hingga sampai Kawasan Berikat Nasional (KBN) Marunda.  Jalanan macet, debu jalanan bercampur asap truk besar mesti dilalui sepanjang perjalanan ke tempat kerja. “Kalau macet itu bisa satu jam. Ini kan daerah container semua kadang-kadang suka nebeng sama temen paling 10 menit. Nah saya ongkos dari secretariat ke Semper 2 ribu, ke Semper ke sini 4 ribu. Saya 12 ribu sehari untuk angkot. Belum makannya, paling 10 ribu. Jadi saya sehari minimal menghabiskan 25 rib,” terangnya.

Tiba di tempat kerja, Aat bukannya bekerja. Bersama 50 rekannya dari PT Asian Collection Garmen  mereka mogok kerja karena terancam tak mendapat Tunjangan Hari Raya (THR).

“Kita ini kenapa kita aksi ya, karena kita tidak diberitahu seperti KBN Cakung, kapan mereka masuk, libur, gaji terakhir dan THR. Umumnya mereka tanggal 25 sudah diberikan THR. Kita belum, kita ga tahu kejelasan kita dapatnya kapan dan berapa.Setiap kita Tanya ke manajemen kita belum mendapat jawaban. Terus kapan?,” jelasnya.

Aat menambahkan, Ia dan rekannya sesama buruh  sangat membutuhkan THR tersebut. Apalagi semenjak bercerai dengan suaminya sejak  2006, beban rumah tangga jatuh ke pundaknya. “Nggak mungkin dong tiket pesawat, mobil atau kereta kan waktu sudah mepet. Kan kalau yang mau pulang ke Jawa, Sulawesi, Sumatra tidak mungkin mendadak itu yang kita pertimbangkan. Kalau aku sih untuk beli baju anak-anak dan THR nya buat anak-anak. Kalau saya tidak memikirkan diri.

Namun bukan tanggapan yang membesarkan harapan yang mereka terima dari perusahaan.


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending