Bagikan:

Menuntut Keadilan untuk Papa Gank

Kepolisian Aceh memastikan tidak akan menahan tersangka pembunuh Papa Genk.

SAGA

Selasa, 20 Agus 2013 09:42 WIB

Author

Ade Irmansyah

Menuntut Keadilan untuk Papa Gank

papa gank, gajah, sumatera, change, aceh

KBR68H - Kepolisian Aceh tidak akan tahan lima orang yang diduga membunuh gajah Sumatera, Papa Genk. Hal ini disesalkan kalangan pecinta satwa. Sampai bulan ini saja tercatat lima gajah Sumatera dibunuh. Gading yang bernilai ekonomis dicuri dan diperjualbelikan. Agar kasus pembunuhan terhadap satwa tak terus berulang sejumlah aktivis yang ditemui KBR68H mengusulkan pembentukan Komisi Nasional Perlindungan Hewan.

Kementerian Kehutanan menegaskan Keuchik atau Kepala Kampung Ranto Sabon Aceh Jaya, Amiruddin dan empat warga diduga terlibat pembunuhan gajah Sumatera, Papa Genk akan diproses hukum. Menurut Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan pihaknya bersama kepolisian setempat tengah melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar sebelum menangkap para pelaku. Ini mengingat  kawasan tersebut dihuni bekas kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

"Gadingnya sudah diamankan. (Sekarang kepala desanya belum ditangkap?) Ada, tapi proses hukum jalan. Ini sudah saya sampaikan juga pada wagub agar betul-betul (menanganinya). Satwa ini kan sudah dua atau tiga yang seperti ini kejadiannya. Jadi agar betul-betul ditindak tegas karena ini kan mantan kombatan," ujarnya saat ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (13/8)

Lima pelaku yang  ditetapkan polisi sebagai tersangka telah menyerahkan gading gajah jantan senilai ratusan juta rupiah tersebut kepada kepolisian setempat, Namun aparat belum menahan mereka. Hal itu disesalkan  aktivis pecinta satwa di Aceh, Chik Rini, “Jadi, dengan jaminan bupati dan tokoh masyarakat setempat, jadi tidak ada penahanan. Saya lupa, ya. Di Undang-Undang kalau tak  salah ancaman hukuman penjara maksimal 5 tahun, dan denda sekitar Rp 100-500 juta. Memang tidak ada kasus yang pernah naik sampai ke meja hijau. Hanya berhenti di tingkat penyelidikan, bahkan tidak sampai ke tingkat penyidikan."

Kepolisian Aceh memastikan tidak akan menahan tersangka pembunuh Papa Genk. Juru bicara Polda Aceh, Gustav Leo mengatakan, hal ini berdasarkan kesepakatan antara bupati Aceh Jaya dengan tokoh masyarakat setempat. Kata dia, sekarang pihaknya lebih berfokus agar konflik masyarakat dengan gajah tidak terjadi lagi.

“Ada pertentangan lah, kalau misalnya manusia mati kok tidak ribut sementara gajah mati kenapa kok ribut. Sedangkan selama ini gajah juga sudah banyak membuat masyarakat takut, ada korban jiwa, rumahnya rusak dan lahannya juga rusak. Ah ini konflik antara manusia dengan gajah ini sedang menjadi perhatian maksimal kita, bagaimana supaya gajah tidak kembali kepemukiman. Oleh karena itu dari dinas kehutanan ada beberapa Gajah yang dilatih untuk menghalau gajah-gajah liar masuk ke pemukiman masyarakat,” tegasnya.

Saat bangkainya ditemukan gajah jantan berusia 22 tahun tersebut mati dengan kondisi tanpa gading. Tengkorak dan belalainya hancur. Tercatat hingga Agustus tahun ini  5 gajah tewas mengenaskan di wilayah perkebunan kelapa sawit di Bumi Serambi Mekah.

Pecinta satwa, Aulia Ferizal menuturkan, “Yang saya herankan, perkebunan itu seharusnya menjadi hutan lindung pak, tetapi dimanfaatkan warga menjadi perkebunan Sawit dan Coklat yang notabenenya itu menjadi makanan Gajah. Nah malam sabtunya ini kejadian, jadi ada sebuah perangkap yang memang di set untuk Gajah langsung mati. Ada dua buah batang pohon kelapa disambungkan dengan ada runcing yang langsung ditancapkan”

Bagi sebagian penduduk jelas Aulia keberadaan gajah liar tak ubahnya hama yang mengganggu perkebunan kelapa sawit milik warga. Oleh karenanya, membunuh satwa bertubuh besar tersebut sebagai sesuatu yang lumrah. Selain tentunya alasan ekonomis mencuri dan menjual gading gajah yang harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Selain Papa Genk, seekor bayi gajah berusia 1,5 bulan yang diberi nama Raju mati di Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Sare, Kabupaten Aceh Besar bulan lalu. Ia kekurangan  makanan.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending