KBR68H - Hampir 3 ribu siswa Sekolah Masjid Terminal (Master), di Depok, Jawa Barat terancam putus sekolah. Ini menyusul langkah pemerintah kota setempat yang akan menggusur sekolah gratis tersebut untuk perluasan terminal. Mereka yang bersekolah di sini umumnya gembel dan pengamen jalanan yang mencoba mengubah nasib. Latar belakang pelajar dari kaum marginal itu pula yang membuat pemkot gerah. Mereka menilai sekolah tersebut memicu pertumbuhan anak jalanan. KBR68H berbincang dengan pelajar dan pengelola Sekolah Master yang menolak penggusuran.
Masa pendaftaran sekolah dimulai. Anak-anak miskin yang baru mendaftar di Sekolah Masjid Terminal atau Master, Depok menjalankan masa orientasi siswa. Mereka duduk berbaris di tengah lapangan menghadap panggung pertunjukan musik. Semua pelajar berseragam bebas.
Kurniawan siswa yang baru mendaftar di Sekolah Master tingkat SMP. Ia mengenakan kaus kumal dengan celana panjang yang dipotong selutut dan bertelanjang kaki. Remaja ini bercita-cita menjadi dosen. “Orangtua mendukung saya sekolah di sini, karena lebih bagus dari sekolah lain walaupun sekolahnya sederhana gini. Ini jarang sekolah-sekolah gratis seperti ini. Jadi saya 3 tahun sebelumnya nggak sekolah. KBR68H: Itu ngapain? Kadang-kadang main aja. KBR68H: Orangtua masih ada dua-duanya? Masih. Kalau ibu kerjanya pembantu rumah tangga. Kalau bapak kerjanya bagian kebersihan. Di Pasar Cisalak,” katanya.
Siswa lainnya, Muhamad Azis Saefuddin. Ia baru saja merayakan kenaikan kelas 2 SMA di sekolah yang sama. Sebelum bergabung di Sekolah Master Azis sempat putus sekolah. Ia terpaksa membantu ayahnya berjualan minuman ringan di Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur, demi menopang ekonomi keluarga.
Remaja yang bercita-cita jadi pengusaha ini mengaku informasi sekolah berasal dari para supir bus .
“Dulu, di Pulo Gadung kenal supir-supir Kowanbisata. Lah, itu ditawarin, kalau mau sekolah lagi sekolah di Depok, di Master. Kita di sini tuh, sudah seperti keluarga kedua. Kebersamaannya ada. Jadi dulu, sempat tinggal di sini. Abis tinggal di sini, kalau kita makan, meskipun sebungkus, bisa beramai-ramai. Lima orang, yang penting kalau satu makan, semua makan. Kalau satu nggak makan, semua nggak makan,” aku Azis.
Kurniawan dan Azis sebagian anak-anak kurang mampu yang akhirnya bisa mengeyam pendidikan gratis di sekolah ini.
Sekolah Master Penyelamat Anak Jalanan
Kurniawan siswa yang baru mendaftar di Sekolah Master tingkat SMP. Ia mengenakan kaus kumal dengan celana panjang yang dipotong selutut dan bertelanjang kaki.

SAGA
Kamis, 25 Jul 2013 18:40 WIB


Sekolah Master, Pendidikan, Depok, Nur Mahmudi Ismail, Anak Jalanan
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai