Bagikan:

Ramadan Pengungsi Rohingya di Tengah Nestapa

Mereka tinggal di sana pasca mendatangi kantor perwakilan PBB yang mengurus pengungsian (UNHCR) di Jakarta. Saat dikunjungi, Hanif dan keluarganya tengah menjalankan ibadah puasa hari pertama.

SAGA

Selasa, 23 Jul 2013 18:40 WIB

Ramadan Pengungsi Rohingya di Tengah Nestapa

pengungsi, Rohingya, Ramadan, YLBHI, UNHCR

KBR68H - Belasan pengungsi Muslim Rohingya, terpaksa beribadah puasa di negeri orang. Mereka terusir dari negeri sendiri, Burma akibat konflik etnis dan agama.  Hampir tiga pekan mereka tinggal di sebuah kantor LSM Jakarta. Reporter KBR68H Sindu Dharmawan  mendengarkan kisah keluarga Muhammad Hanif  yang mesti berpindah tempat dari satu kota ke kota lain di tanah air demi mendapatkan suaka politik ke Australia.

Belasan orang  terdiri dari bayi, anak-anak,  perempuan dan pria dewasa  tidur di atas karpet. Sejumlah pria dewasa nampak duduk lesehan saling berbincang santai sambil menyaksikan acara di televisi.

Mereka adalah pengungsi Muslim Rohingya dari Burma yang ditampung sementara Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Hampir tiga pekan  mereka tinggal di lantai 3 kantor LSM yang terletak di bilangan Diponegoro, Jakarta Pusat. 

Muhammad Hanif, salah satu kepala keluarga  pengungsi Rohingya dengan logat Melayunya yang kental mengaku, bersyukur diizinkan menempati sebagian ruangan kantor itu. Sebelum ditampung di YLBHI, Hanif dan keluarga sempat tinggal dua hari di Masjid Sunda Kelapa, Menteng .  “Memberi tempat cuma nasehati beliau dari pengurus mau jaga kebersihan, supaya tidak ada berlaku. (KBR68H: Berapa lama di sana ?) dua malam ya. Selepas dua malam, malam ke dua, ada salah satu juga kaki tangan masjid Sunda Kelapa, beliau memberi tahu kepada saya, kurang sesuai ya untuk keluarga saya tinggal di sana selama-lama, “ tutur Hanif.

Mereka tinggal di sana pasca mendatangi kantor perwakilan PBB yang mengurus pengungsian (UNHCR)  di Jakarta.  Saat dikunjungi, Hanif dan keluarganya tengah menjalankan ibadah puasa hari pertama.   

“(KBR68H: Norma usianya berapa ?) sembilan tahun. (puasa juga ?) puasa (kuat puasanya ?) kuat. (senang di Indonesia ?) senang, “ ucap Norma,  anak salah satu pengungsi Rohingya sambil bersandar di tubuh ibunya.

Sebelum berada di Indonesia, Hanif mengaku  dibawa mengungsi orang tuanya dari Burma  ke Malaysia. Tiga puluh tahun lebih ia menetap di negeri jiran.  Jadi, tidak aneh bila  ia menguasai bahasa Melayu. Sembari menanti janji UNHCR yang ada di Malaysia, Hanif dan keluarga bekerja mengumpulkan uang untuk pergi ke Australia.  “(KBR68H: Ini berapa keluarga seluruhnya ?) satu keluarga ya, jadi kepalanya empat ya, gitu. (Itu berapa jumlah anak, dan perempuannya ?) macam perempuan dewasa enam, anak perempuan pun enam, lelaki kanak-kanak dua, lelaki dewasa empat, iya 18, “ terangnya.

Lelaki 38 tahun ini bercerita sudah berada di Indonesia sejak enam bulan lalu.  Tujuan mereka adalah ke Australia, mencari suaka politik. Namun perjalananya ke Negeri Kanguru tak mudah. Selama di Indonesia, Hanif mengaku pernah ditipu calo yang akan membantu memberangkatkan mereka ke Australia.

Akibatnya uang puluhan ribu Ringgit  yang dikumpulkan selama 10 tahun ludes dalam sekejap
.  

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending