KBR68H - Sejak akhir Juni lalu dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dibagikan ke lebih dari 15 juta rumah tangga miskin. Dalam praktiknya penyaluran dana kompensasi pasca penaikan harga bahan bakar minyak tersebut terlibat amburadul. Seperti penerima tidak tepat sasaran sampai waktu pembagian yang membingungkan. KBR68H berbincang dengan warga Jakarta yang terkena dampak langsung kenaikan BBM.
Karno, salah satu warga miskin Jakarta belakangan dibuat pusing dengan lonjakan kenaikan harga kebutuhan pokok pasca pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) 23 Juni silam. Supir bajaj yang biasa bekerja di kawasan Kebayoran Lama ini mengeluh. “Kalau bahan pokok kata orang perempuan sudah pada naik. Sebelum BBM diumumkan itu sudah naik. Ya kata orang perempuan, Kayak cabe, kayak apa, ada ngeluhnya juga. Saya kadang ngasihnya tetap bahan pokoknya naik. Ngomel lagi,” tuturnya.
Mengutip data Kementerian Perdagangan kenaikan harga sembako sampai Rabu (3/7) lalu, rata-rata mencapai hampir 1 persen sampai sekitar hampir 7 persen. Harga beras jenis kualitas medium misalnya dari 8300 rupiah menjadi 8371 rupiah. Sementara daging ayam broiler dari lebih 27 ribu rupiah menjadi hampir 30 ribu rupiah.
Lelaki berusia 47 Tahun mengaku hasil kerjanya menarik bajaj kerap tak cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup.“Ya pendapatannya tidak tentu. Narik di jalanan kalau lagi ramai dan dibikin rata-rata ya Rp 40 hari. Sejuta dapat sebulan? Ya dapat, tapi kepotong buat kontrakan saja Rp 700 ribu sebulan. Kalau buat yang lain-lain bisa dibilang kurang.”
Untuk menyiasati kebutuhan sehari-hari, bapak 3 anak ini terpaksa berutang. “Ya makanya, kadang terpaksa pinjam-pinjam bank keliling harian. Itu bunganya kan besar? Iya tapi orang perempuan kadang-kadang yang pinjam.”
Meski ikut terdampak kenaikan BBM, Karno mengaku tak mendapat Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Sementara tetangga kontrakannya di Kelurahan Kebayoran Lama Utara mendapatkan dana kompensasi kenaikan BBM tersebut. “Yang sebelah rumah saya itu kan dapat, yang kanan dapat yang kiri dapat. Kok dapat? Saya tahunya pas sebelah rumah menunjukkan kartu. Apakah ketika saya sedang tidak di rumah, karena saya kan di jalan terus,” tambahnya.
Menurut pemerintah dana BLSM tersebut diberikan kepada lebih dari 15 juta rumah tangga miskin di tanah air. Masing-masing keluarga mendapatkan Rp 150 ribu per bulan selama 4 bulan. Dampak kenaikan BBM juga dirasakan Mukiman. Senasib dengan Karno, lelaki yang bekerja sebagai pengojek motor ini mengaku tak kebagian dana BLSM.
“Nggak tahu dapat atau belum dapat, sampai sekarang belum terima.Sebenarnya berharap dapat supaya lebih meringankan walaupun sedikit. Ya harapan saya pemerintah lebih memperhatikan lagi masyarakat yang miskin. Supaya tidak jauh perbedaannya,” jelasnya.
Warga yang tinggal di kawasan Grogol Utara Jakarta ini mengaku penghasilannya per hari berkisar Rp 50 ribu. “Ya kan sekarang harga sembako sudah naik. Otomatis pendapatan kan harus bertambah, tapi ternyata tetap. Jadi tetap terasa. Ada berapa anggota keluarga? Ada 5, saya dan istri dan anak tiga,” tambah Mukiman.
Agar bisa bertahan hidup di ibokota, anak dan istrinya terpaksa ikut banting tulang. “Sebetulnya tidak cukup, tapi kebetulan anak dan istri ada kerja. Jadi tambal sulam untuk mencukupi kebutuhan hidup. Untuk tariff terpaksalah dinaikkan mulai sekarang, kalau tidak merugi untuk tenaga, bensin dan perawatan motor perlu biaya juga.”
Selain tidak tepat sasaran kepada penerima yang berhak, pembagian dana BLSM melalui kantor pos terkesan karut-marut.
Karut-Marut Penyaluran Dana BLSM
Meski ikut terdampak kenaikan BBM, Karno mengaku tak mendapat Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

SAGA
Jumat, 05 Jul 2013 20:20 WIB

BLSM, kenaikan BBM, PT Pos, INDEF, Jakarta
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai