KBR68H - Graffiteach mengajar dan mendidik anak jalanan lewat medium dinding beton jalan tol. Namun upaya mereka dihadang Pemprov DKI Jakarta. Lukisan mural yang mereka buat dinilai merusak keindahan kota. Sebuah petisi lantas digalang agar aktivitas mereka mendapat restu. KBR68H pergi ke kolong jalan tol melihat aktivitas belajar-mengajar pegiat Graffiteach bersama anak jalanan.
Sukma, gdis berusia tujuh tahun tersebut tengah belajar bersama puluhan anak lainnya, di kolong jembatan layang Grogol, Jakarta Barat. Mereka tengah belajar membaca huruf alfabet.Kolong jembatan tersebut hanya satu dari berbagai tempat di ibukota yang banyak dihuni anak jalanan.
Kegiatan belajar mengajar di kolong jembatan difasilitasi Yayasan Sahabat Anak. Sebuah lembaga yang peduli terhadap pendidikan dan kebutuhan setiap anak, terutama anak jalanan.
Tak hanya dari yayasan tersebut, anak-anak jalanan itu mendapatkan ilmu gratis lewat kegiatan graffiteach. Graffiteach adalah kegiatan mengajar dengan medium dinding atau tembok jalan layangan yang dilukis cat. Bentuknya bisa kata, simbol, atau kalimat tertentu.
Felicia Hutabarat, salah satu penggagas Graffiteach mengaku anak-anak terlihat antusias mengikuti kegiatan mereka. “Luar biasa mereka melihat. Kaya di Grogol ini mereka beraktivitas, seperti kita menghias ruang kelas mereka, dengan subjek-subjek pelajaran. Nanti guru-guru dari Sahabat anak berkeliling mengajari satu-satu, waktu itu kita ada tembok dinosaurus, siapa
sih anak kecil yang tidak suka dinosaurus. Binatang yang gede besar,” katanya.
Perempuan 32 tahun tersebut mengaku tembok jalanan dipilih sebagai media belajar, karena dekat dengan keseharian anak jalanan. “Ketika kita berangkat ke kantor dan pulang, kadang lembur, mereka sekolah. Ternyata kenyataannya mereka banyak yang tidak sekolah, mereka lebih senang cari uang di jalanan. Terus apa yang kita bisa bikin, kalau mereka ngga mau sekolah. Kenapa ngga sekolah itu kita bawa ke jalanan. Dengan media apa, kalau dengan buku dan pamphlet mereka kurang tertarik. Kita mencari media dekat dengan mereka, dan sekarang street art itu memang sudah jadi seni yang diapresiasi, kenapa kita ngga gunakan itu untuk menarik anak jalanan,” jelas Felicia.
Sahabat Anak atau SA pun mengaku bersedia bekerja sama dengan gerakan graffiteach. Karena alasan kesamaan visi. “Kalau kita lihat sekilas kan mereka, tembok itu mereka lukis. Visi mereka sama dnegan SA. Point mereka sama karena ada point pendidikan untuk anak jalanan. Alasan utama kita itu, cuma mereka kan memang menyalurkannya kan via gambar, itu kan lebih eye catching kan, menarik, memotivasi, mendidik mereka dari gambar-gambar itu,” katanya.
Sejak Februari lalu, Felicia dan dua kawannya membentuk gerakan ini. Aksi ini melibatkan para pelukis jalanan. “Udah 15 Tembok, dari Februari sampai April awal. Pertama kita di Cipinang besar selatan, Mangga dua sebrang rel, di slipi ada lumayan banyak tembok, jadi semacam museum anak jalanan. Kita juga cari tempat yang banyak tembok jalanan, dimana anak jalanan berada. Kita juga ngga sembarangan, sepi ngapain,” papar Felicia.
Untuk sekali melukis saja, mereka menghabiskan dana sekitar Rp 1,5 juta.
Graffiteach, Didik Anak Jalanan Lewat Lukisan Tembok
Tak hanya dari yayasan tersebut, anak-anak jalanan itu mendapatkan ilmu gratis lewat kegiatan graffiteach. Graffiteach adalah kegiatan mengajar dengan medium dinding atau tembok jalan layangan yang dilukis cat. Bentuknya bisa kata, simbol, atau kalimat t

SAGA
Jumat, 05 Jul 2013 18:53 WIB

graffiteach, mural, anak jalanan, jokowi, change
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai