Tanggapan Ragunan
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta siang itu dipadati ribuan pengunjung. Di pintu masuk kebun binatang yang sudah menginjak usia 47 tahun tersebut, terlihat ratusan pengunjung mengular di depan loket.
Di sudut ruangan areal kebon binatang, seorang pria berperawakan tubuh tinggi dan kurus tengah sibuk di meja kerjanya. Dia adalah Wahyudi Bambang, Juru Bicara Taman Margasatwa Ragunan. Ia membantah pemberitaan media-massa yang menyebutkan matinya kuda nil dan jerapah akibat kelaparan dan kurang gizi.
“Namanya makhluk hidup ada waktunya mati, semuanya sudah dirawat dengan baik dan telah melewati batas hidupnya artinya, bisa saya kasih gambaran masa hidup jerapah itu hanya sekitar 15-20 tahun , nah yang ada di Ragunan ini melebihi dari 20 tahun. Artinya dari segi perawatan kita telah memberikan perawatan yang terbaik, tapi kalau sudah waktunya mati ya itu adalah natural, kita juga tak bisa mungkin menghidupkan lagi,” katanya.
Dokter hewan di Ragunan, Edward yang mengaku ikut menangani langsung kematian dua satwa punya penjelasan berbeda. Saat ditemui Bambang tengah sibuk memeriksa kesehatan koleksi Orangutan.
"Kalau kuda nil tidak menunjukan gejala sakit sebelumnya, jadi ini tim dokter kecolongan. Tapi waktu pas mati, karena tidak ada gejala sakit kita datangkan tim ahli dari IPB untuk melakukan pemeriksaan setelah mati. Ternyata ditemukan adanya penyakit, enteritis akut atau radang di usus yang sudah akut dan mendadak"
Penguburan kuda nil dan jerapah kata Edward dilakukan dengan wajar. "Jerapah dan kuda nil kan tidak menunjukkan gejala penyakit menular, berhubung juga satwa besar dengan bobot yang sangat tinggi, kita lakukan penguburan di lokasi atau di kandang," jelasnya.
Wahyudi menambahkan, “Yah pedagang, kenapa bukan kami yang ditanya, bukan kapasitas dia yang menjelaskan, karena apa, dia tidak memahami tentang satwa. Jadi bukan ditutupin, diisolasi iya, disolasi agar semua orang tidak boleh masuk. Tadi prosedur tadi, hewan sakit itu ada proses isolasi, perlu itu dilakukan supaya proses pemeriksaan tidak diganggu oleh banyak orang”
Tapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak begitu saja percaya dengan penjelasan pihak pengelola Ragunan. Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahja Purnama membenarkan jika pengelola Ragunan selama ini tak transparan khususnya soal anggaran maupun pengelolaan hewan. "(KBR68H: Perawatan hewan di sana gimana ?), ya saya sih belum pernah ke sana tapi dari laporan yang masuk memang kurang baik, padahal kan butuh transparansi, binatang ini makannya berapa banyak. (KBR68H: Memang selama ini pihak Ragunan tidak transparan ya pak?), rasanya sih begitu,” kata Ahok.
Hal senada disampaikan aktivis pemerhati dan pelindung satwa dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Benvika. Dia mengaku pengelola Ragunan kerap kali menolak tawaran JAAN dan lembaga lain yang berniat memeriksa kondisi satwa."Aku gak ngerti ya kenapa harus menutup diri, padahal kita hanya untuk membantu kesejahteraan satwa, tidak ada muatan politik dan lainnya, hanya satu saja untuk ksejahteraan satwa"
Ibenk menilai perawatan satwa yang dilakukan pengelola Ragunan belum sesuai Standar Operasi Prosedur (SOP).“Pernah saya mengusulkan bahwa beberapa orangutan yang tidak pernah keluar lagi itu bisa ditempatkan di sebuah pulau atau dibuatkan sebuah pemakaman. Itu yang tidak dilirik oleh pihak Ragunan, jadi banyak orangutan yang notabene lama di kandang atau bisa dibilang tua di kandang mereka jarang sekali menikmati alam bebas. Mereka ada di dalam kandang karantina dengan kondisi kandang yang gelap, tidak ada ventilasi udara .(itu bisa buat stress?), oh iya jelas”
Tapi pengelola Ragunan lewat Juru Bicaranya Wahyudi Bambang, membantah penilaian tersebut. “Penanganan kesehatan hewan tentu saja sudah ada SOPnya, setiap petugas sudah memliki keahlian untuk itu. Petugas itu kan artinya perawat satwa, terus kemudian petugas medis hewan, mereka sudah memahami semua. Itu juga kita lakukan setiap hari, yang simple dilakukan setiap hari adalah sanitasi kandang,eperti membersihkan kotoran, baik itu kotoran disebabkan sisa makanan ataupun kotoran dari feses, urine dan sebagainya. Itu dilakukan setiap hari kemudian dibersihkan menggunakan antiseptik”
Tak percaya dengan penjelasan pengelola Taman Margastwa Ragunan, Pemprov DKI pun menggandeng pengusaha sekaligus pemerhati satwa Hasyim Djojohadikusumo.
Tapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak begitu saja percaya dengan penjelasan pihak pengelola Ragunan. Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahja Purnama membenarkan jika pengelola Ragunan selama ini tak transparan khususnya soal anggaran maupun pengelolaan h

SAGA
Rabu, 24 Jul 2013 19:37 WIB


Kebon Binatang Ragunan, Hasyim Djojohadikusumo, JAAN, Wahyudi Bambang, satwa
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai