Bagikan:

Ritual Agama Lawan Korupsi

Mereka menamakan aksi ini

SAGA

Jumat, 28 Jun 2013 19:38 WIB

Ritual Agama Lawan Korupsi

korupsi, ritual, budha, mahasiswa, KPK

KBR68H - Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi sebagian kalangan korupsi bukan lagi suatu pelanggaran hukum, tapi sesuatu yang lazim dilakukan. Praktik rasuah bahkan terjadi dalam pengadaan kitab suci Al-Quran! Tak aneh jika dalam berbagai penelitian lembaga antikorupsi,  negeri ini kerap ditempatkan  di posisi paling rendah dalam hal tindak pidana korupsi. Atas alasan itu sebuah
organisasi mahasiswa menggelar aksi keprihatinan antikorupsi yang dibungkus dengan ritual keagamaan.

Siang itu, kendaraan memadati Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Asap mengepul dari knalpot  kendaraan. Cuaca terik dan polusi dari gas buang kendaraan tak menghalangi aktivis Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia atau disingkat Hikmahbudhi datang dan berkumpul di jantung ibukota tersebut. 

Sejumlah akivis Hikmahbudhi terlihat mengeluarkan ragam pernak—pernik  ritual upacara agama tertentu. Ada bunga sedap malam, bunga-bunga untuk sesajen, lilin dan dupa.  Adi Kurniawan, pemimpin  aksi unjuk rasa damai ini menjelaskan,”Dupa ini sebenarnya simbol tentang keharuman, nama baik. Kalau nama baik dilakukan maka akan ke mana-mana. Demikian juga hal buruk juga begitu.” 

Sylas, salah seorang peserta aksi menjelaskan makna dari bunga sedap malam yang didekapnya.

Sylas :Bunga itu kalau di kita, di altar berarti keharuman, keharuman Dharma. Biasa sih kita pakai bunga ini untuk berdoa.
KBR68h :Kalau ini aksi dalam rangka koruptor mengapa bawa bunga?
Sylas : Karena kalau di Buddhis itu kan ada Pancasila Buddhis. Itu ada namanya Adinnadana. Jadi di sini kita ya mengingat ajaran Budha itu kalau tidak boleh mencuri. Korupsi kan termasuk pencurian.

Adi Kurniawan, pemimpin aksi menambahkan.  “Sebenarnya bunga-bunga ini kan para dewa sebenarnya suka yang wangi-wangi gituloh. Umat Budha mengenal akan adanya makhluk dewa. Artinya kita mau mengundang dewa datang ke sini supaya mengusir setan-setan ini. Semoga para dewa mendukung aksi hari ini.”

Di tengah aksi, peserta unjuk rasa menyalakan beberapa lilin dengan berbagai ukuran. Kembali Adi menuturkan, “Simbol penerangan bahwa kehidupan itu ya harus terang. Jadi hal-hal yang baik itu harus dimunculkan dalam diri kita. Harapannya dengan ritual ini seperti yang kita sampaikan bahwa sifat-sifat buruk yang akhirnya menyebabkan menjadi korupsi itu bisa berkurang. Dengan begitu akan membawa dampak kebaikan terutama di jajaran pemerintah sendiri.”

Mereka menamakan aksi ini “Meditasi Revolusi untuk Mengusir Setan-Setan Koruptor”, timpal Adit, salah seorang peserta unjuk rasa.  “Ini bagi saya hal pertama yang dilakukan, dan ini ide kreatif dari teman-teman, bagaimana melakukan sebuah aksi yang dinamakan meditasi revolusi, kita jalan dari sana dengan hening. Berharap dengan langkah seperti ini sifat-sifat buruk seseorang bisa hilang. Efektifitas agak sulit untuk dilihat seberapa, tapi ini harapan kita. Dengan cara ini tergerak hatinya untuk tidak melakukan hal-hal yang sifatnya negatif, korup dan sebagainya.”

Lazimnya aksi demonstrasi orasi seputar praktik korupsi yang dilakukan kalangan partai politik, pejabat pemerintah, anggota DPR sampai perusahaan swasta pun diteriakkan.

Aksi damai ini mereka gelar sebagai bentuk dukungan terhadap KPK dalam memberantas korupsi . “Para pengguna jalan kami meminta maaf atas gangguan yang mungkin ditimbulkan. Kami pada siang hari ini akan berjalan dari Bundaran HI menuju Kementerian Agama. Kita siap berantas korupsi saudara-saudara? Siap!!,” serunya. 

Selesai berorasi  para mahasiswa ini berbaris rapi sambil memegang atribut ritual seperti dupa yang telah dibakar. Mereka berjalan –mengikuti sebuah mobil bak terbuka yang berjalan pelan – menuju Kantor Kementerian Agama yang terletak di Jl. M.H Thamrin Jakarta Pusat.

Saat lagu Paritta, musik rohani yang biasa dinyanyikan penganut Budha dikumandangkan, sontak pengunjuk rasa larut dalam suasana  magis dan khusyuk.  Aksi ini mengundang rasa ingin tahu sejumlah pengendara lalu-lintas yang melintas. 

Mengapa para mahasiswa ini memilih cara meditasi sebagai upaya melawan praktik korupsi?



Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending