Bagikan:

Pers Mahasiswa di Balik Gerakan Reformasi

"Posisi Persma masih menjadi bagian dari gerakan mahasiswa. Dan di antara pers mainstream masih masuk sebagai pers alternatif."

SAGA

Rabu, 15 Mei 2013 20:23 WIB

Pers Mahasiswa di Balik Gerakan Reformasi

Pers Mahasiswa, Eddy Boediono, Jakarta, Didaktika, Reformasi

KBR68H - Para aktivis mahasiswa yang bergelut di penerbitan atau pers mahasiswa ikut mendorong tumbangnya rezim Orde Baru. Saat itu media cetak yang dikelola mahasiswa di berbagai kampus tanah air tersebut disebarkan  sembunyi-sembunyi. Isi tulisan seperti kritik terhadap pemerintahan Soeharto yang anti demokrasi sampai keberpihakan kepada rakyat kecil korban kezaliman. KBR68H menemui bekas pengelola pers mahasiswa era 70 sampai 90-an.

Usai kuliah, sebagian mahasiswa Universitas Negeri Jakarta tak langsung pulang ke rumah. Mereka yang memiliki kegiatan di luar akademik menuju Gedung Unit Kegiatan Mahasiswa. Bangunan berlantai tiga yang biasa disebut Gedung G, memiliki ruang-ruang kegiatan mahasiswa, mulai dari fotografi, kesenian musik, olahraga hingga pers.

Papan usang bertuliskan Lembaga Pers Mahasiswa (Persma) Didaktika menempel di atas pintu masuk yang sudah penyok. Sejumlah mahasiswa asyik bercengkrama. Mereka bebas membicarakan tentang pemerintahan yang korup dan mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah.

Di salah satu sudut ruangan Satriono Priantono sibuk memeriksa terbitan Didaktika di internet. Mahasiswa yang berkecimpung di persma tak sekadar mengasah keahlian menulis berita. Mereka juga berdiskusi tentang keadaan di sekitar dan menyebarkan gagasan melalui tulisan ke sesama mahasiswa.

Satriono Priantono adalah Pemimpin Umum Lembaga Persma Didaktika. “Posisi Persma masih menjadi bagian dari gerakan mahasiswa. Dan di antara pers mainstream masih masuk sebagai pers alternatif. Tentunya, fokus lembaga pers mahasiswa pertama, itu tentang dunia kampus. Tidak lepas juga bicara tentang isu-isu populis yang dekat dengan dirinya. Artinya, mahasiswa tak lepas dari sektor dunia intelektual. Hanya sekadar intelektual. Tapi kayak permasalahan di sekitar kampusnya, misalnya penggusuran dan sebagainya. Itu masih bisa dijadikan isu-isu berita. Fokus kritik pers mahasiswa,” jelasnya.

Satrio dan teman-temannya yang terlibat di Persma hidup di era reformasi, di mana keran aspirasi untuk mengkritik pemerintah dan kebijakannya terbuka lebar.

Lalu bagaimana Persma hidup di era Orde Baru?

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending