KBR68H - Dari kontrakan sederhana di gang-gang sempit Jakarta, perlawanan terhadap rezim Orde Baru dirumuskan. Dari acara diskusi sampai unjuk rasa kampus, suara menolak ketidakadilan lantang disuarakan. Ditahan sampai disiksa adalah risiko perjuangan yang mesti dihadapi para aktivis mahasiswa pada kurun waktu 1990-an. KBR68H menelusuri tempat-tempat bersejarah jelang kejatuhan Soeharto. Berbincang dengan sejumlah aktivis yang bersikap kritis melawan kelaliman.
Kelahiran gerakan mahasiswa pada era reformasi atau 1997-1998 tak lepas dari pasang-surut gerakan mahasiswa tahun sebelumnya. Mulai dari 1966, 1974 yang dikenal dengan Peristiwa Malari, 1977/1978 yang berujung kepada pendudukan kampus Institute Teknologi Bandung oleh tentara sampai era 1980-an yang dikenal lewat gerakan diskusi sampai pers mahasiswa.
Menurut bekas aktivis mahasiswa Tony Listianto yang akrab disapa Theolog aksi demonstrasi pada era reformasi banyak dirancang dan dirumuskan di kamar-kamar sempit kontrakan. Di sana para aktivis berdiskusi. Sambil kuliah mereka mengasah pengetahuan dan kepekaan sosial. Sebelum Presiden Soeharto jatuh dari kekuasannya pada 21 Mei 1998, aparat keamanan begitu represif mengawasi kegiatan mahasiswa yang mengkritik kebijakan Orde Baru.
Tony menilai pergerakan mahasiswa dan aktivis pro demokrasi 1998 tak lepas dari peran kelompok studi dan pers mahasiswa di era 80-an. “Tahun 1985 sudah diadakan di Unas pekan orientasi jurnalistik mahasiswa yang pesertanya nasional. Di momen-momen seperti itulah biasanya jaringan itu dibangun. Sementara pada saat itu juga seperti di UI dan IAIN muncul kelompok-kelompok diskusi, di IAIN ada FORMACI, di UI, nah itulah yang kemudian saling beririsan. Nah pada tahun 1987-1988 berkaitan dengan situasi di luar kampus seperti masalah pertanahan dan masalah perburuhan,”jelasnya.
Menurut Tony, sejak tahun 70-an gerakan mahasiswa diberbagai kampus sudah mengkritik kepemimpinan Soeharto yang dinilai represif dan tidak demokratis. Pada penghujung tahun 80-an salah satu gerakan yang diadvokasi mahasiswa yang cukup menonjol adalah kasus sengketa agraria Kedung Ombo di Jawa Tengah. Kasus ini bermula dari persoalan murahnya ganti rugi lahan penduduk yang akan dibuat waduk atau bendungan. Saat itu banyak warga yang diteror dan diintimidasi kekerasan fisik oleh aparat. Proyek itu menenggelamkan 37 desa, 7 kecamatan dan 3 kabupaten dengan biaya triliunan rupiah. Sejumlah warga setempat bersama aktivis yang melawan sempat ditahan.
Salah satu kampus di Jakarta yang sempat bergolak menyikapi ragam isu sosial-politik adalah Universitas Nasional
Perlawanan dari Gang Sempit sampai Kampus
Menurut bekas aktivis mahasiswa Tony Listianto yang akrab disapa Theolog aksi demonstrasi pada era reformasi banyak dirancang dan dirumuskan di kamar-kamar sempit kontrakan.

SAGA
Selasa, 21 Mei 2013 19:05 WIB

UNAS, Hendrik Sirait, Jakarta, Reformasi, Soeharto
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai