KBR68H - Ribuan petani di pesisir Indramayu dan Cirebon, Jawa Barat urung memproduksi garam tahun ini. Semangat mereka surut, takut garam hasil produksi nanti tak lagi laku dibeli perusahaan dan calo garam. Tahun ini mereka juga yakin, harga garam akan terus anjlok karena puluhan ribu ton garam hasil panen 2012 masih menumpuk di gudang. KBR68H berkunjung ke pesisir Indramayu dan Cirebon, mencicip rasa garam yang menurut para petani mulai pahit rasanya.
Apa yang warga Jakarta tahu soal garam?
EKA: “Garam itu asin.”
KBR68H: “Selain itu apa saja yang mbak tahu soal kegunaan garam?”
EKA: “Kegunaannya misalnya untuk bahan memasak. Ya gitu.”
KBR68H: “Selain masak tahu garam digunakan untuk apa saja?”
EKA: “Masak saja, tapi banyak kegunaannya tapi saya kurang tahu.”
KBR68H: “Biasanya berapa beli garam di pasar?”
EKA: “ Saya belinya di Supermarket bukan di Pasar. Rp 4000 – Rp 5000, untuk satu kilogram.”
KBR68H: “Berarti tahu harga garam di tingkat petani berapa?”
EKA: “Tidak tahu.”
ANDRI: “ Kegunaan dari garam....hehehehehe. Garam, ya memasak, kepintaran. Garam bisa juga buat eeeh eeeh apa? menolak ular hahahaha, biar ular tak bisa masuk ke rumah hahaha.”
KBR68H: “Tahu harga garam di tingkat petani dibeli sama tengkulak dan pabrik berapa?”
ANDRI: “Saya sering nonton berita-berita kalau lagi panen harga bisa turun sampai Rp 100 – Rp 150. Pernah ada demo saya lihat sampai dilempar garam pemerintah daerah. Panen buat siapa? Kalau lagi langka, musim hujan baru tinggi harganya. Khan kasihan juga petaninya.”
Di Desa Tanjakan, Kecamatan Krangkeng, Indramayu Jawa Barat Saya bertemu dengan Sakirin yang menyebut dirinya orang penggaraman - istilah lokal untuk petani garam. Ia dan anggota kelompoknya segan memproduksi garam.
“Rugi jelas, kelompok ini masih rugi. Rp 100 perak lebih. Kalau kali 100 ton, berapa ruginya petani? Kaya-nya untuk tahun depan tak semangat. Tak produksi kayaknya. Ya kita ikutin arus saja lah maunya bagaimana. Kalau pemerintah tak sanggup untuk membeli atau mengambil, mungkin, kemungkinan nih kalau kapok sih tidak namanya orang usaha. Kayak-kayaknya akan kembali ke udang dan bandeng dulu,” kata Sakirin.
Semangat Sakirin dan kawan-kawan surut karena puluhan ribu ton garam masih menumpuk di gudang sejak panen 2012 lalu. “Ribuan ton. Kalau dihitung per gubuk, dari gubuk di sini saja ya. Gudang pertama, ini punya kelompok semua nih, bukan punya bos. Di sini tak ada bos. Coba dikalkulasi, kalau satu kecamatan sih mungkin tak hapal. Tapi di sini saja, gudang pertama 600 ton, gudang sebelah sana 300 ton, sebelah sananya lagi 700 ton,” imbuhnya.
Sejak panen tahun lalu tak ada yang mau membeli garam petani. Kalau pun ada biasanya ditawar murah. “Jauh dari taksiran petani dan harga yang dipatok pemerintah sebesar Rp 750 per kilogram,” jelas Sakirin.
SAKIRIN: “Gak ada yang beli. Jarang. Kadang kala ada yang cari, kadang tidak. Sewaktu-waktu. Paling kekuatannya 15 ton.”
KBR68H: “Biasanya yang beli siapa?”
SAKIRIN: “Di sini siapa saja yang datang.”
KBR68H: “Kalau dulu dan sekarang?”
SAKIRIN: “Kalau dulu Bumi Mulia. BM tuh yang Cirebon. Terus Anyan. Anyan tapi tangan-tangannya ada orang sini. Bandung tuh. Anyan punya kaki-tangan di sini. Terus Tungsin asal Cirebon. Anyan Bandung. Tapi yang besar itu Anyan. Tapi tak ada yang beli.”
Perusahaan yang ditunjuk Sakirin yakni perusahaan garam PT. Bumi Mulia Indah Lestari di Cirebon. Anyan dan Tungsin yang ia sebut adalah tengkulak garam kelas kakap di Jawa Barat. Apakah ada praktik kartel atau ulah tengkulak yang menetapkan harga sepihak untuk membatasi suplai dan kompetisi?
Sakirin tak paham. Yang jelas, petani rugi besar jika garam hasil panen tahun lalu tak terjual.
Pahitnya Rasa Garam di Pesisir Jawa Barat
Sejak panen tahun lalu tak ada yang mau membeli garam petani. Kalau pun ada biasanya ditawar murah.

SAGA
Jumat, 24 Mei 2013 14:08 WIB


Garam, Indramayu, Sakirin, Tengkulak, Jawa Barat
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai