KBR68H - Jangan remehkan kotoran satwa. Jika berpikir kreatif tahi gajah misalnya dapat diolah menjadi bahan baku tambahan kertas daur ulang.
Sejumlah pekerja Taman Safari Indonesia, Bogor, Jawa Barat pagi itu tengah sibuk membersihkan tahi gajah. Selanjutnya kotoran hewan tersebut mereka angkut dan bawa ke sebuah tempat. Kotoran hewan berbelalai tersebut tidak dibuang. Namun siap diolah kembali sebagai bahan baku kertas daur ulang yang disebut “Poo Paper”.
Aktivitas ini sudah berlangsung sejak pabrik mini tempat mengolah kotoran satwa tersebut berdiri November silam. Tujuannya untuk menurangi limbah kotoran gajah yang jumlahnya bisa mencapai 2 ton perhari !
Kotoran yang dikeluarkan gajah pada pagi hari dinilai menghasilkan serat yang lebih baik terang Airin Marisalina, Pengawas Kebersihan dan Pertamanan Taman Safari Indonesia . “Beda, kalau poo paper hanya kotoran gajah saja.
Pengambilannya juga disortir, jadi bener-bener kita harus cari yang baru-baru banget. Yang baru itu kan biasanya lebih anget dan gasnya lebih kecium, jadi kalau untuk poo paper beda lagi, kalau yang kompos kan bisa campur.
Mungkin jenis-jenis yang lain seperti kambing dan seratnya lebih kellihatan kotoran gajah dibanding yang lain. Jadi sama-sama pemakan rumput, sama-sama herbivora, tapi kan beda. Karena mengingat gajah itu kan di dalam tubuhnya tidak sempurna,” terangnya.
Proses Pembersihan
Setibanya di pabrik mini, tahi gajah langsung dicuci bersih. Setelah disaring, kotoran tersebut dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Dari 100 kilogram kotoran yang belum diolah akan menghasilkan 4 kilogram kotoran kering yang siap diolah sebagai bahan pembuat kertas daur ulang.
Taufik, operator pabrik menjelaskan, “Dari basah kan disini kita cucinya, sampai bersih lalu ditampung ke ember. Habis dari basah kan kita blender, ita saring lagi. Nah dari ember itu lalu kita rebus, selama satu jam atau datu jam setengah. Nah kertas yang untuk didaur ulang itu darimana? Kertas dari kantor, yang pinggiran-pinggiran itu.”
Kotoran gajah tersebut dicuci sampai tiga kali. Selanjutnya direbus untuk menghilangkan bakteri. Semua dilakukan secara alami tanpa menggunakan bahan kimia.
Para petugas Taman Safari Indonesia seperti tak terganggu dengan aroma menyengat dari kotoran gajah. Kembali Taufik menuturkan, “Ya kalau pertama sih iya, tapi kalau sudah kebiasaan sih enggak kita kan pakai perlengkapan kaya masker sarung tangan. Mencuci begitu itu pakai perlengkapan seperti sarung tangan, masker, sendok atau apa. Itu memang wajib digunakan? Harus, karena itu kan awal ya. Awal tahap mencucian.”
Setelah melalui pembersihan dan pengeringan tahap pertama, serat kotoran gajah kembali direbus. Lantas diblender hingga halus. Dan…simsalabim. Hasilnya bubur serat dari kotoran gajah. Untuk membuat kertas daur ulang, perlu campuran bubur kertas . Masing-masing perbandingannya 50 persen.
Dalam sehari, pabrik mini di Taman Safari Indonesia menghasilkan 210 lembar kertas daur ulang, jelas Taufik.“Kalau pagi kita biasa start jam delapan. Mengambil kotoran, setelah jam 8 kita cuci, terus kita aktifitas biasa aja. Terus sampai selesai itu dicetak selesai berapa lama? Kalau 50 liter itu kita buat adonannnya aja 3 jam atau 4 jam. Nyetaknya kita sampai setengah hari, yah satu harian kita kelar. 210 lembar lah.”
Untuk pewarnaan kertasnya, dibuat sealami mungkin alias tanpa bahan pewarna, ungkap pegawai lainnya Airin Marisalina. “Kami disini kan macem-mecem, jadi selain diberi paka rumput kita kasih pakan pendamping misalnya sayur, buah. Kalau gajah biasanya pakai batok kelapa atau pelepah pisang, memang makannya speerti itu. Memang warnanya lebih beda, kalau yang dari rumput gajah dia warnanaya lebih terang agak kehijauan, kalau dari kelapa agak coklat. Tapi untuk terskturnya nanti? Kalau terkstur gak ngaruh ya, yang menentukan beda tidaknya itu bahan kertasnya. Jadi misalnya kita pengen cetaknya yang warna putih atau coklat, kalau warna putih bearti kotoran gajah di camput dengan kertas bekas yang warna putih, kalau mau yang warna coklat berarti kita pakai kertas bekasnya yang dari amplop,” ungkapnya.
Siapa orang di balik pemanfaatan kotoran gajah ini?
Ramah Lingkungan
Langkah Taman Safari Indonesia memanfaatkan kotoran gajah sebagai bahan baku kertas daur ulang patut didukung. Selain mengurangi pencemaran lingkungan, langkah tersebut terang Juru bicara Taman Safari Yulius H Suprihardo untuk mengurangi penebangan pohon sebagai bahan baku kertas.
“Kenapa kok kotoran gajah ini kita daur ulang menjadi kertas, itu yang menjadi lebih penting artinya. Karena memang kita mencoba mengurangi, selama ini pembuatan kertas bahan bakunya terbuat dari pohon, dari kulit kayu tentunya kalau itu terus dilakukan tentunya suatu saat tanaman atau pohon itu akan terkikis habis. Seperti yang pernah disampaikan oleh Bapak Menteri Lingkungan Hidup, Bapak Baltashar Kabuaya beberapa waktu yang lalau. Dan ini memang cukup berhasil,” kata Yulius.
Gagasan pemanfaatan tahi satwa bertubuh besar tersebut dimulai sejak 1990 silam. Untuk mewujudkan cita-cita itu penelitian dilakukan di Thailand hingga ke Eropa. Baru sejak setahun lalu ide ini terealisasi di Taman Safari Bali, kata pemilik Taman Safari Indonesia sekaligus penggagas ide “poo paper” Frans Manansang.
“Dan beberapa tahun ini kami pikirkan lagi ya, gajah-gajah kami sudah terlalu banyak. Gajah ada 40 ekor, TSI 1 ada 40 dan TSI 2 ada 40 ekor, jadi ada sekitar 120 gajah. Sedangkan gajah itu kotorannya banyak sekali, karena makannya pun juga banyak 10 persen dari berat badan dia. Jadi kami pikirkan lagi bagaimana ini? kalau tidak dimanfaatkan kan sayang, dan ide itu kami terapkan di Bali dahulu, di Taman Safari Bali setahun lalu kami sudah berhasil di Bali. Kemudian tahun ini kami lanjut di Taman Safari Bogor, mungkin tahun depan kami akan bikin di Taman Safari II Prigen,” tuturnya.
Saat ini kertas daur ulang yang diproduksi belum mencapai skala besar. Masih untuk kebutuhan terbatas saja. Airin Marisalina, Pengawas Kebersihan dan Pertamanan Taman Safari Indonesia mengungkapkan, “Baru kemarin saja, untuk membuat undangan lomba foto satwa aja. Untuk yang lain belum, tapi rencana memang ada, jadi hasil ini misalnya, nanti kami akan kerjasana dengan souvenir wonder. Mungkin untuk dipasarkan di sovenir Taman Safari, gitu.”
Selain untuk membuat undangan, kertas daur ulang ini juga telah dimanfaatkan untuk buku catatan kerja atau agenda. Awalnya banyak orang yang tak percaya timpal Yulius. “Ya memang mungkin awalnya tidak percaya, kok bisa sih. Tapi kemudian ketika mereke mangetahui mereka juga sangat memberikan apresiasi dan tidak seperti yang mereka bayangkan. Bahwa nantinya kertas itu nanti akan bau kotoran atau tidak, itu sama sekali tidak ada.”
Undang Investor
Untuk memproduksi lebih banyak lagi kertas daur ulang diperlukan dana besar kata Frans Manansang. “Ini saya belum hitung-hitung ya, ada mesin-mesin bangunan dan lain-lain. Kira-kira bisa mencapai 100 juta kali yang sekarang. Yang kami buat itu mungkin lebih dari 100 juta lebih, mesin-mein itu, penggeraknya. Kalau diproduksi massal bebarti lebih bengkak lagi ya pak? Ya mungkin mesin-mesin dinamo penggeraknya itu harus lebih besar lagi kapasitasnya dan daya powernya.”
Meski demikian Taman Safari Indonesia terbuka jika ada pihak yang tertarik bekerja sama imbuh Frans. “Kami bilang ini biaya produksi masih sangat mahal ya, Jumlahnya juga kecil. Mungkin nanti kalau dibantu oleh pemerintah barangkali ya, yang bisa produksi massal kertas itu dari kotoran satwa lah, satwa pemakan rumput itu ya. Ya kalau mau ada yang dukung dana ya kami senang sekali ya, dari mana saja.”
Proses pembuatan kertas daur ulang dari tahi gajah ini rencananya akan jadi jualan Taman Safari Indonesia kepada pengunjung, terang Yulius.“Suatu saat dari rombongan-rombongan tersebut yang Behind The Scene Tour kita juga akan ajak ke Safari Poo Paper. Karena bukan hanya Safari Poo paper yang ada disana, sebagai proses daur ulang dari serat kotoran gajah, tetapi kita juga ada komposting. Komposisasi kotoran satwa kita jadikan pupuk. Nah nanti apakah masyarakat itu bisa tahu, nanti kita gandeng. Dengan program itu nanti kita tambahkan satu kegiatan lagi yaitu Safari Poo Paper.”
Jika berpikir kreatif, kotoran satwa pun bisa bermanfaat dan membawa berkah. “Mungkin kebun binatang lain bisa meniru ya. Taman Safari yang di Surabaya juga kami suruh meniru. Jadi dari kami itu menjadi pelopor mungkin ya, jadi bisa mneyebar ke semua kebun binatang, semua farm-farm atau apa peternakan-peternakan yang ada di Indonesia khususnya ya,” imbuh Yulius.
(Nvy, Fik)
Sulap Tahi Gajah jadi Bahan Baku Kertas
Jangan remehkan kotoran satwa. Jika berpikir kreatif tahi gajah misalnya dapat diolah menjadi bahan baku tambahan kertas daur ulang.

SAGA
Selasa, 29 Jan 2013 10:10 WIB

gajah, kertas daur ulang, taman safari indonesia, tahi
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai