Sekitar 8 ribu anak meregang nyawa di jalan, sepanjang 2011 silam. Data yang dilansir Kepolisian Indonesia tersebut menyebutkan bocah usia 0-14 tahun, tewas akibat kecelakaan lalu-lintas. Persoalan serius itu kemudian diangkat dalam Konferensi Anak Indonesia. Di acara itu diperkenalkan materi terkait keselamatan di jalan tanpa terkesan menggurui.
Sore itu, aktivitas belajar di SMA 6 Jakarta Selatan berakhir. Salah satu siswa Denatra, menuju ke parkiran sepeda motor. Sejurus kemudian pelajar kelas 2 tersebut menyalakan mesin motornya. Remaja yang akrab disapa Dena itu mengaku sejak usia 14 tahun sudah menunggang motor dari rumah ke sekolah. Ia mengaku pernah ditabrak kendaraan lain saat di jalan.
“Dulu gue ditabrak taksi dari belakang, terus gue loncat, jatuh dan terluka. (KBR68H: Menurut kamu itu pas kecelakaan itu salah taksi atau kamunya? Salah taksinya lah karena dia (supirnya-red) lagi ngantuk,” jelasnya.
Cerita serupa disampaikan Fatimah, pelajar kelas 5 SD asal Bengkulu. Saat itu sang Ibu yang mengendarai sepeda motor. “Waktu itu mobilnya gak bisa hidup akhirnya kan naik motor,ditengah perjalanan motornya jatuh karena kelebihan muatan berat. Memang siapa saja yang di motor? ada empat orang yaitu Umi, kakak pertama,kakak kedua, sama Fatimah.Emang tidak takut naik motor berempat? Ya waktu itu mau pergi ke sekolah dan takut terlambat,” ceritanya.
Masih untung Dena dan Fatimah tak mengalami kecelakaan fatal yang bisa berujung pada kematian.Pasalnya terang Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Pudji Hartanto dibanding orang dewasa, anak-anak lebih rentan jadi korban.
“Tadi kan sudah saya sebutkan, kenapa? Karena dia belum bisa refleks untuk memperkirakan jatuh terus bagaimana. Yang kita dewasa masih bisa gaya koprol gaya kita terus menahan,sehingga tidak kena terhadap hal-hal yang menjadi fatal,” terangnya.
Agar terhindar kecelakaan, Pudji menyarankan salah satu caranya dengan mengenalkan rambu-rambu lalu lintas sejak dini. “Dengan memberikan suatu pengetahuan yang praktis, mudah caranya misalnya rambu lalu lintas itu yang paaling mudah masalah lampu lalu lintas. Tanda merah, kuning, dan hijau, itu yang paling gampang, ketika saya masih umur ya katakanlah TK atau SD itu gak pernah lupa. Kelanjutannya kita harapkan anak-anak ini juga bisa mengingatkan kepada saudaranya, dan kepada orangtuanya,” imbuhnya.
Kelalaian Pengendara
Salah satu pemicu kecelakaan lalu lintas akibat kelalaian orang tua sendiri saat mengendarai sepeda motor atau mobil.Selain itu kata Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia, WHO Yogadhita Gde kecelakaan lalu lintas kerap terjadi pada kalangan anak dan remaja di usia 15-19 tahun. Disamping menjadi korban tak jarang ditemui kasus mereka menjadi pelaku kecelakaan. Oleh sebabnya penting mengenalkan pendidikan sejak dini soal keselamatan di jalan.
“Isitilahnya kita melakaukan vaksinasi terhadap anak, jadi vaksinasi tidak hanya dengan obat-obatan saja tapi dengan knowledge.Jadi kalo anak kita diperkenalkan dengan keselamatan jalan, karena anak adalah grup yang kecil, kalo dia nyebrang jalan pasti bahaya. Kalo di kota besar masalah kematian pada anak untuk kecelakaan dia lebih pada ke pejalan kaki dan sepeda,” terang Yoga.
Berbagai pertimbangan inilah yang membuat sejumlah pihak yang peduli dengan anak, menggelar Konferensi Keselamatan Anak di Jalan. Salah satu penggagas acara Kusususani Prihatmoko.
“Pada saat melakukan perjalanan ke sekolah itu ancamannya banyak sekali,tidak ada trotoar, dibonceng tanpa helm dan ada juga orangtua yang mengizinkan anaknya belum punya SIM mengendarai motor.Melihat hal-hal seperti itu kita tergerak untuk benerin, maksudnya mengarahkan agar orang-orang itu tahu resikonya sangat besar,” ungkapnya.
Acara yang digelar di Jakarta itu melibatkan puluhan anak yang berasal dari berbagai daerah di tanah air. Apa upaya pemerintah untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas? Kementerian Perhubungan mengklaim sejak 2006 telah menyiapkan seabreg program. Misalnya membuat maskot keselamatan jalan, pendidikan lalu lintas di berbagai sekolah, sampai bantuan helm bagi anak.
Imbauan dari berbagai kalangan tentang pentingnya keselamatan berlalu-lintas sudah kerap disuarakan. Pemerintah juga mengaku telah berupaya atasi masalah ini. Tapi mengapa korban kecelakaan lalu lintas pada anak dari tahun ke tahun cenderung meningkat?
Tidak Menggurui
Siang itu lebih dari 30 anak sekolah dasar,tiba di tempat peristirahatan di kawasan Pasar Minggu Jakarta. Mereka adalah peserta Konferensi Keselamatan Anak di Jalan. Sebelum memasuki kamar tiap anak diharuskan mengambil tiket masuk sesuai kota asal daerah mereka.
“(Jurusannya mau kemana?), Sulawesi, (Kotanya?), Goronttallo, (ini ya tiketnya), kita udah dapet tiketnya, (sekarang kita mau ke Gorontalo lewat tol, nah kalo kamu jalan itu di kiri atau kanan?), sebelah kiri, (bagus berarti kita jalan ke kiri, yuk kita jalan, petunjuk jalannya dilihat.(Petunjuk jalannya dilihat kalo kita mau ke jalan tol?), ke kanan (berarti kita ke kanan)”
Hampir sepekan anak-anak yang berasal dari 28 provinsi Indonesia itu mengikuti pelatihan dan pemahaman keselamatan berlalu-lintas.
Lokasi tempat mereka berlatih di Taman Lalu Lintas Cibubur. Taman ini memang sengaja dibuat sebagai tempat pembelajaran anak mengenal lalu lintas.
(Kalau yang kecil untuk apa?), untuk siku, (kalo yang besar untuk?), untuk lutut,(bener untuk lutut?bukan untuk paha?), iya bener.(sekarang coba dipasang, tau kan cara pasangnya?)
Agar anak-anak tak bosan mengikuti pelatihan dan konferensi ini materi dibuat semenarik mungkin dan tak harus menggurui. Salah satu panitia acara, Wellin Han menuturkan, “Di mana anak-anak sendiri akan membangun pemahaman mengenai keselamatan di jalan, ketika mereka melakukan banyak aktifitas sendiri. Sehingga metodenya pun bukan dengan sistem ceramah, dengan melakukan banyak aktifitas, berkelompok, merasakan, membacakan cerita temannya sendiri atau kemudian memainkan peran dengan cerita temannya. Mereka akan merasakan berbagai cara atau noda transportasi yang dilakukan temannya dan kemudian membangun empati.”
Salah satu peserta Krisna Wahyu Alfandi nampak serius mengamati rambu-rambu lalu lintas. Siswa kelas 6 di SDN RSBI Telaga Biru 1 Banjarmasin Kalimantan Selatan menyampaikan kesannya.
“(Belajar rambu apa saja tadi?), rambu boleh parkir, (rambu boleh parkir gambarnya gimana?), warna biru,(terus ada lambangnya gak?), lambangnya “P”.(terus apa lagi?), ada pom bensin, dilarang belok kanan, dilarang masuk.(Harapan keselamatan berlalu lintas apa?, harusnya ga boleh ugal-ugalan, harus melewati zebra cross dengan tertib,” jelas Wahyu.
“Eh peringatan-peringatan, eh larangan-larangan, iya larangan yakin. Apabila kita pergi dengan mengedarai motor, maka menggunakan? Helm iya helm, masa topi entar kepala ancur-ancuran juga”
Bukan Semata Tugas Pemerintah
Peserta lainnya Angela Pasthika, siswa kelas 5 di SD Marsudirini Muntilan, Yogyakarta ikut berkomentar. “Cara-cara berkendara, terus cara untuk menyebrang harus patuh pada peraturan, mencatat orang yang melanggar sama menghitung rambu-rambu sama kelompok. (menurut kamu penting ga sih belajar berlalu lintas?),penting karena soalnya kalo tidak belajar berlalu lontas nanti ada orang yang melanggar terus jadi banyak kecelakaan,” terang Angela.
Para pelajar ini juga tak sungkan bertanya. Simak pertanyaan mereka kepada Menteri Perhubungan EE Mangindaan.
“Anak: Saya mau tanya nih, kok sekarang masih banyak sih motor yang jalan di jalur trotoar, terus kok gak dibangun jalur motor kayak di luar negeri di Malaysia kan ada? Mangindaan: Ini menjadi perhatian pemerintah, tujuan kami ada keselamatan pengendara motor. Jalur sepeda motor juga harus disiapkan, memang ada kendala seperti masalah lahan yang harus kita bebaskan”
Menteri Pekerja Umum Joko Kirmanto juga ikut berpesan, “Untuk menumbuh kembangkan kesadaran kita semua terhadap pentingnya menjaga keselamatan diri dan orang lain, ini yang kadang-kadang dilupakan.Keselamatan diri dan orang lain kalo kita berkendara itu tidak memikirkan diri kita sendiri,kita naik mobil di jalan, kita naik motor di jalan,ini yang kadang-kadang kita lupakan.”
Tak cukup menumbuhkan kesadaran keselamatan di jalan raya lewat acara ini. Persoalan ini juga bukan semata tugas pemerintah atau kepolisian yang memiliki keterbatasan seperti disampaikan Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Pudji Hartanto menuturkan, “Bahwa selebaran-selebaran yang berkaitan dengan di situ ada polisi lalu lintas, di siu ada polisi lain itu diharapkan oleh masyarakat setelah kami jumlah., personil polisi masih terbatas. Tentunya ini akan kita tingkatkan dari sisi kemampuan profesionalismenya, jadi tidak juga kita menyerah karena jumlahnya sedikit. Karena dengan jumlahnya sedikit berarti kemampuan intelektualnya, keterempalin baik knowledge itu harus ditingkatkan. Itu untuk mengatasi daripada kekurangan pesonel.”
Acara Konferensi Anak Indonesia adalah salah satu medium saja mengkampanyekan pentingnya keselamatan berlalu-lintas. Deklarasi pun dikumandangkan.
“Deklarasi Konferensi anak Indonesia 2012 keselamatanku di Jalan, Menurut data WHO anak meninggal akibat kecelakaan lebih besar daripada dari orang dewasa.Kecelakaan motor pada anak-anak lebih besar resikonya 26 kali lipat daripada kecelakaan orabg dewasa. Aku berharap pemerintah memperbaiki fasilitas umum yang rusak, jalan, lampu lalu lintas pelabuhan, jembatan dan lain-lain”
Abai Selamat, Celaka di Jalan
Sekitar 8 ribu anak meregang nyawa di jalan, sepanjang 2011 silam. Data yang dilansir Kepolisian Indonesia tersebut menyebutkan bocah usia 0-14 tahun, tewas akibat kecelakaan lalu-lintas. Persoalan serius itu kemudian diangkat dalam Konferensi Anak Indon

SAGA
Selasa, 15 Jan 2013 15:53 WIB

jalan raya, kecelakaan, konferansi anak
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai