Bagikan:

Museum masuk pusat perbelanjaan. Cara ini yang ditempuh pengelola Museum Sangiran untuk mendongkrak minat pengunjung. Maklum saja kebanyakan orang emoh menyambangi museum dengan berbagai alasan. Sejumlah pengunjung dan pecinta museum berharap ada pemben

SAGA

Rabu, 02 Jan 2013 15:23 WIB

mall, museum

Museum masuk pusat perbelanjaan. Cara ini yang ditempuh pengelola Museum Sangiran untuk mendongkrak minat pengunjung. Maklum saja kebanyakan orang emoh menyambangi museum   dengan berbagai alasan. Sejumlah pengunjung dan pecinta museum berharap ada pembenahan di bangunan yang menyimpan obyek bersejarah tersebut.

Pagi itu Museum  Nasional yang terletak di kawasan Jakarta Pusat tampak sepi. Petugas penjual tiket sudah mulai bertugas di loket yang dibangun terkesan seadanya. 
Tak lama kemudian, pengunjung dalam hitungan jari mulai berdatangan. Satu diantara pengunjung itu Gunawan Kartapranata. Lelaki berusia 30 tahun ini mengeluhkan sepinya museum. Dia menduga bisa jadi hal itu akibat penataan obyek yang dipamerkan di museum kurang apik. Akibatnya pengunjung malas  menyambangi.

“Tapi tidak semua bagus sih, museum-museum yang lama masih gelap. Terus obyek-obyek pamerannya kurang terlalu ditata rapi. Tapi ada beberapa museum yang cukup bagus ya. seperti Museum Nasional dan beberapa museum lain juga sudah ada perbaikan di displainya,” terang Gunawan.
Pengunjung museum lainnya, Ochi yang tengah  sibuk membidikan kameranya. Perempuan asal Semarang, Jawa Tengah tersebut sengaja mengisi liburnya di Jakarta dengan berlibur.  Ia  mengkritik kerap kali  datang ke museum,  informasi yang disajikan petugas sangat minim.  Padahal ia berharap wawasannya makin bertambah.

“Kalau museum di Indonesia ya, ngebosenin. Tapi sebenernya banyak pengetahuan sejarah yang kita ingin tahu. Tapi kadang gak lengkap. Kan suka sama ini nih, aksara-aksara asli Indonesia tuh. Nah disitu, aksaranya ketika bertanya lebih jauh biasanya orang-orang museum itu lebih banyak gak ngerti. Akhirnya jadinya lebih milih untuk searching di Google deh daripada kita datang ke museum lihat barangnya tapi yang ditanya gak ngerti,” terang Ochi.

Revitalisasi Museum

Tak hanya kalangan tua.   Peminat museum juga datang dari kalangan  muda. Siti Hajar dan Ina Ratu  diantaranya.  Dua remaja perempuan ini berpendapat agar minat masyarakat makin tinggi datang ke museum perlu promosinya yang lebih gencar. Selain itu penataan obyek yang dipamerkan juga dibuat semenarik mungkin.

“Menurut saya dari museum itu sendiri ya, kurang apa ya untuk memperkenalkannya kepada kita itu kurang. Terus intinya promosinya itu kurang, jadi remaja-remaja sekarang seperti saya beranggapan Mengapa ke museum? Zaman dulu banget, gak banget untuk kita-kita sekarang . Gimana sih, banyak yang ogah gitu, untuk pergi ke museum itu sendiri. Mungkin karena pemikirannya itu, ih gak banget gue ke museum,” kata Siti seraya tertawa.

“Lebih moderennya bukan berarti kita mengubah juga tentang purba-purba atau apa. Tapi merubah ini gedungnya biar lebih bagus, biar tertarik gitu, biar kitanya dateng. Soalnya kan seranag budaya Indoensia sama budaya lain udah lebih tinggi budaya lain kalau saya lihat. Jadinya ya gitu deh pokoknya. Kalau saya sih takut ya, tapi kalau yang saya datang ke museum ini saya merasa museum ini sudah bagus ketimbang maaf, museum yang ada di kota yang saya masuk. Itu bener-bener gelap dan banyak sarang laba-labanya. Pokoknya kurang teruruslah,” imbuh Ina.

Bagaimana pihak museum dan pemerintah menanggapi masukan masyarakat?  Pihak Museum Nasional mengakui jika banyak warga emoh datang ke museum yang membosankan.  Upaya untuk menghidupkan kembali museum pun tengah digodok terang Juru Bicara Museum Nasional Oting Rudy Hidayat.

“Revitalisasi museum itu merupakan, suatu usaha dari pihak pemerintah untuk memberikan kesan kepada masyarakat. Yang selama ini masyarakat umum memandang museum itu sebagai suatu tempat yang serem, angker, gelap dan sebaginya. Justru dengan adanya revitalisasi museum ini kita ingin membalik kesan tersbeut supaya, oh ternyata anggapan kita selama ini datang ke museum  itu seperti ini. Tetapi ketika kita sudah datang ke museum jauh dari yang kita bayangkan,” jelas Oting. 
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengamini jika sebagian besar museum di tanah air kurang menarik buat dikunjungi.

“Belum begitu maju dan belum begitu seperti mana yang diharapkan, terus terang saja. Paling tidak dari tiga hal, yang pertama tata display, yang kedua lighting, yang ketiga adalah managemen kunjungan. Nah ketiga hal itu merupakan syarat mutlak untuk museum bisa dekat dengan masyarakat gitu. Koleksinya kita luar biasa kaya. Tapi cara penyajiannya terkesan kusam, terkesan lho kalau museum itu yang datang miliknya orang tua-tua. Tidak benar itu,” kata Wiendu.

Asal tahu saja sejak dua tahun silam pemerintah pernah mencanangkan program Tahun Kunjungan Museum. Tapi tetap saja museum sepi pengunjung. Untuk itu  jelas Wiendu, puluhan museum mulai dikaji agar segera dibenahi.

“ Iya sudah, saat ini 30 museum masuk dalam, kita sebut ICU. Masuk dalam program revitalisasi. Kita cermati satu persatu museum itu. Kemudian kita lihat, apa? Masalahnya dimana? Kaya orang sakitlah kita diagnosis. Oh museum ini di lightingnya, museum ini di managemennya, museum ini di penataan koleksinya. Sehingga pemerintah masuk dalam program-program itu. Gitu,” imbuh Wiendu.

Untuk merangsang  pengunjung datang ke museum, program museum masuk mall pun digagas .

Museum Masuk Mall

Suara riuh pengunjung terdengar dari salah satu mall atau pusat perbelanjaan  di Jakarta Selatan malam itu.  Mereka tidak sedang berbelanja. Tapi tengah mengikuti kuis yang diselenggarakan salah satu museum.

Di salah satu sudut,  nampak anak-anak dan orang dewasa tengah mencermati tulisan, replika dan film singkat yang ditayangkan. Beberapa pengunjung lainnya  nampak asyik mengabadikan diri dihadapan manusia purba Sangiran yang tengah dipamerkan.

Meski ruang di pusat perbelanjaan itu terbatas, tapi pengelola gedung berhasil menyulap ruangan itu jadi museum mini yang modern. Lengkap dengan informasi  juga hiburan bagi pengunjung.

Ani adalah salah satu pengunjung yang datang. Ia tak sendirian. Ditemani dua anak lelakinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.  Mereka  terlihat gembira saat berfoto dengan manusia purba asal Sangiran, Jawa Timur yang dipamerkan.

“Iya kayaknya bagus juga ya mba, kayaknya kalau di mall kan sekalian jalan-jalan jadi kan gak terlalu fokus ke museumnya. Jadi sekalian jalan-jalan sekalian lihat-lihat, gak begitu bosen. Anak-anak gak begitu dipaksaain, harus lihat ini langsung ke museumny kan anak-anak suka boring. Jadi kalau gini kan sambil lihat-lihat sambil jalan-jalan,” katanya.

Panitia penyelenggara acara ini, Iwan Setiawan mengaku sengaja memilih lokasi di pusat perbelanjaan. Selain menyedot pengunjung, tempat keramaian itu disenangi berbagai kalangan jelas    Staf Pemanfaatan Balai Pelestarian Situs Sangiran Jawa Timur tersebut.

“Jalan-jalan, yang mau belanja itu di Mall ini. Nah kita mencoba mendisplay barang kita disini. Koleksi-koleki unggulan kita disini, untuk menjaring dan penyebaran informasi sebetulnya. Kita disini untuk menyebarkan informasi tentang situs Sangiran. Yang kedua kita mencoba mendekatkan masyarakat kepada museum. Karena selama ini juga, banyak anggapan masyarakat museum itu adalah tempat menaroh barang-barang kuno, kemudian jorok, panas, gak rapi, seram. Nah kita mencoba menampilkan dengan dislpay yang lain, berbeda disini.”

Langkah Museum Sangiran itu, terang Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti akan ditiru museum lainnya.

“Memang kita akan mengadakan itu secara rutin, kan kita ada 300 lebih museum di nusantara ini. Kita akan ganti-ganti museumnya, dan seperti museum manusia Jawa ya Sangiran itu. kan anak-anak sekolah kadang dimana itu, ditak begitu familiar. Setelah melihat, di Mall oh ternyata ada seperti ini. Sehingga mereka keinginan untuk datang. Melalui grup-grup sekolahnya ataupun secara sendiri-sendiri didampingi oleh orang tuanya. Suatu ketika nanti museum batik, museum tekstil, museum bahari, banyak sekali. Kita museum-museum yang kaya sekali,” tambah Wiendu.

Program Kreatif

Langkah pemerintah membenahi museum menuai dukungan Komunitas Historia Indonesia seperti dijelaskan sang pendirinya, Asep Kambali.“Program stretegis dimana tujuannya untuk memperkenalkan museum, secara beda kepada masyarakat. Saya percaya kenapa program ini diadakan. Karena mungkin ini adalah jawaban terhadap pandangan masyarakat yang melihat museum itu bukan sesuatu yang menarik untuk dilihat. Dan mungkin museum membosankan, museum gak gaul, museum tidka menarik dan lain sebagainya. Nah ketika masyarakat datang kesini diharapkan ada pandangan yang berbeda. museum menjadi lebih menarik, museum yang bisa menggunakan teknologi misalnya,” ungkap Asep.

Selain lewat program museum masuk pusat perbelanjaan, pengelola museum  perlu pakai cara lain agar pengunjung berminat menyimak obyek sejarah yang dipamerkan.

“Inilah upaya-upaya museum secara balance untuk menyeimbangkan ke arah sana. Ya memang kita harus kreatifdalam hal ini mengemas program. Kita tidak sembarangan juga, kita mengupayakan, coba bikin program meniduri museum. Menginap di museum, membuat perjalanan tengah malam di museum atau mid night trail, jelajah malam di museum dan lain sebagainya. Nah ini program-program yang diupayakan dapat merangkul anak-anak muda,” jelas Asep.

Pembenahan museum bukan tugas pemerintah semata, komunitas dan pecinta museum pun terang Asep Kambali bisa turut serta berpartisipasi. Lewat museum peradaban sebuah bangsa dapat diketahui.

“Mari kita sama-sama mengenali museum. Supaya kalilan tahu bahwa bangsa ini memiliki museum yang begitu dasyat, yang hebat. Dimana disitu adalah tempat untuk mempelajari sejarah dan budaya bangsa. Ingat,  bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai sejarahnya. Jadi kalau mau menjadi bangsa yang besar dan hebat kita harus menghargai sejarah kita. Terakhir juga untuk menghancurkan suatu bangsa, hancurkan ingatan sejarah generasi mudanya. Jangan sampai itu terjadi. Karena kita sedang dalam upaya penghancuran oleh bangsa-bangsa lain yang berupaya menghancurkan bangsa ini,” pungkas Asep.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending