KBR, Jakarta - Upaya mempopulerkan kembali kebaya, salah satu pakaian tradisional Indonesia, terus menguat. Kebaya kerap dipandang terlalu kuno, tidak nyaman dipakai sehari-hari, dan dipakai saat acara formal atau adat saja.
Anggapan atau stigma ini yang ingin ditepis oleh Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB), yang dibentuk pada 2014, oleh sejumlah wartawan dan mantan wartawan.
Lia Nathalia, Ketua KPB, mengatakan keseharian para anggota mengenakan kebaya sebagai salah satu cara mengedukasi masyarakat.
“Misalnya saya masih aktif sebagai jurnalis dan itu (berkebaya) saya lakukan dalam peliputan-peliputan saya sehari-hari,” ujar Lia kepada KBR.
Lia bilang, kebaya memang punya tata cara pakainya atau pakem. Misalnya, atasan kebaya, bukaannya harus di depan. Selain itu, harus dikenakan bersama dengan kain, biasanya dengan panjang sampai semata kaki.
Baca juga:
Perjuangkan Ruang Hidup Satwa Liar Lewat Seri Dokumenter

Ketua Funky Kebaya Communitu, Lenny Agustin, mengakui adanya pakem kebaya membuat anak muda ragu memakainya.
“Kalau saya ngobrol dengan mereka, kebanyakan mereka pakai kebaya itu takut. Takut nanti salah, enggak sesuai pakem atau takut ribet,” kata Lenny yang juga fashion designer ini.
Situasi itulah yang menjadi pemicu Lenny membuat tren Funky Kebaya saat era Pandemi Covid-19. Lenny mengkampanyekan cara memakai kebaya yang menyenangkan ke anak-anak muda. Perpaduan antara kebaya dan fesyen modern ini juga dapat dipakai dalam kegiatan sehari-sehari.
“Jadi kita coba ajarin juga ke mereka cara berkain yang lebih simpel, yang bisa enggak membatasi gerakan mereka. Terus juga soal mix and match dan desain yang baru yang sesuai dengan karakter mereka,” ucapnya.
Simak cerita lengkapnya di Podcast Indonesia Baik episode Tetap Praktis dengan Kebaya Setiap Hari. Hanya di kbrprime.id.