Bagikan:

ADVERTORIAL

IGC Canangkan Gastronomi Indonesia yang Bijak dan Berkelanjutan

Gastronomi berkelanjutan menggabungkan praktik pengolahan dan penyajian makanan tradisional dengan prinsip-prinsip berkelanjutan.

RAGAM

Senin, 01 Jul 2024 14:12 WIB

IGC Canangkan Gastronomi Indonesia yang Bijak dan Berkelanjutan

KBR, Jakarta - Indonesian Gastronomy Community (IGC) mencanangkan Gastronomi Indonesia yang Bijak dan Berkelanjutan pada hari Gastronomi Berkelanjutan 2024. Gastronomi berkelanjutan adalah pendekatan pengolahan dan penyajian makanan yang memprioritaskan dan mempromosikan penggunaan bahan pangan yang ramah lingkungan, mendukung kesejahteraan petani lokal, dan menjaga keanekaragaman hayati.

Ria Musiawan, Ketua Umum IGC mengatakan, “Melalui berbagai inisiatif, mulai dari edukasi dan pelatihan, promosi bahan pangan lokal, pengembangan resep berkelanjutan, hingga pengurangan limbah pangan dan advokasi kebijakan,kita berharap IGC dapat membantu menciptakan kesadaran dan aksi nyata menuju sistem pangan yang lebih adi, sehat, dan berkelanjutan, dengan dukungan berbagai pihak.”

Menurut Ria, kekayaan alam dan budaya yang melimpah, memiliki potensi besar dalam bidang gastronomi. Gastronimi berkelanjutan menggabungkan praktik pengolahan dan penyajian makanan tradisional dengan prinsip-prinsip berkelanjutan sehingga menawarkan solusi potensial untuk Meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.

IGC mengidentifikasi berbagai peran kunci dalam gastronomi berkelanjutan yang bisa dijalankan sesuai visi dan misi organisasi antara lain:

  1. Edukasi dan Pelatihan tentang pentingnya gastronomi berkelanjutan melalui berbagai program edukasi dan pelatihan. Ini termasuk:
    1. Workshop dan Seminar: Mengadakan workshop dan seminar yang membahas topik- topik seperti pertanian organik, pengelolaan limbah makanan, nutrisi, dan teknik memasak yang berkelanjutan. Acara ini melibatkan para ahli dan praktisi yang berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka.
    2. Program Pendidikan Karakter Berbasis Gastronomi di Sekolah: Melaksanakan program edukasi di sekolah-sekolah untuk mengajarkan siswa tentang pentingnya memilih makanan yang berkelanjutan dan bagaimana hal ini dapat berdampak positif pada kesehatan mereka dan lingkungan.
  2. Promosi Bahan Pangan Lokal, antara lain mendorong penggunaan bahan pangan lokal. Misalnya menyelenggarakan Festival Gastronomi yang menampilkan hidangan dari bahan-bahan lokal untuk mendukung peningkatkan kesadaran masyarakat akan kekayaan bahan pangan lokal dan mendorong konsumsi produk-produk lokal.
  3. Pengembangan Resep dan Menu Berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para chef dan ahli kuliner untuk mengembangkan resep dan menu yang menggunakan bahan-bahan lokal dan berkelanjutan dengan melakukan:
    1. Riset dan Inovasi: Melakukan penelitian untuk menemukan cara-cara baru dalam mengolah bahan pangan lokal sehingga menjadi hidangan yang menarik dan bergizi. Inovasi ini sering kali melibatkan penggabungan teknik memasak tradisional dengan teknologi modern.
    2. Publikasi dan Media Sosial: Mempublikasikan resep-resep berkelanjutan melalui buku, artikel, media sosial, dan media lainnya untuk menyebarkan informasi dan menginspirasi masyarakat untuk mencoba memasak dengan bahan-bahan lokal di rumah.
  4. Mendukung Pariwisata Gastronomi Berkelanjutan antara lain melalui:
    1. Petualangan Gastronomi Indonesia: Menyelenggarakan tur dan perjalanan wisata komunitas ke destinasi gastronomi dan mengajak anggota lintas komunitas untuk menjelajahi dan merasakan masakan tradisional Indonesia yang berkelanjutan. Tur ini biasanya melibatkan kunjungan ke petani lokal, pasar tradisional, dan restoran yang mengutamakan praktik berkelanjutan.
    2. Business Matching: Mengorganisir business matching secara menarik agar para UMKM dibidang gastronomi mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan investor.
  5. Kampanye Pengurangan Limbah Pangan melalui berbagai inisiatif, seperti:
    1. Kampanye Anti Limbah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengurangi limbah makanan. Kampanye ini bisa berupa penyuluhan, publikasi, dan kolaborasi dengan restoran untuk mengimplementasikan praktik pengelolaan limbah yang efektif.
    2. Redistribusi Makanan melalui sama dengan organisasi nirlaba untuk mendistribusikan makanan berlebih kepada yang membutuhkan, sehingga mengurangi pemborosan dan membantu mengatasi masalah kelaparan.
  6. Mempromosikan Kebijakan dan Advokasi. Sebagai bagian dari komitmen IGC dibidang advokasi dan diplomasi terhadap gastronomi berkelanjutan, IGC juga terlibat dalam advokasi untuk mempengaruhi kebijakan publik:
    1. Kolaborasi dengan Pemerintah: Bekerja sama dengan pemerintah produksi pangan lokal, dan pengurangan limbah makanan.
    2. Partisipasi dalam Forum Internasional: Mengambil bagian dalam forum dan konferensi internasional untuk berbagi praktik terbaik dan belajar dari negara lain yang telah berhasil dalam menerapkan gastronomi berkelanjutan.

Tantangan utama Indonesia dalam menghadapi ini terutama perilaku manusia yang sebetulnya mudah dikontrol, yaitu mengurangi tingginya limbah pangan atau food waste. Karena dari data yang diluncurkan Program Lingkungan PBB (UNEP) sejak tahun 2022 menyebutkan bahwa negara ini menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Kondisi ini menyebabkan potensi kerugian negara mencapai 213 triliun rupiah per tahun atau setara 4% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, menurut data Menparekraf RI tahun 2022.

Menurut riset, kontributor terbesar food waste di Indonesia berasal dari hotel, rumah makan/ restoran/ kantin, swalayan, dan masyarakat yang cenderung gemar menyisakan makanan. Perilaku konsumsi masyarakat dinilai merupakan faktor kunci dari intervensi pengendalian sampah makanan di tanah air.

Baca juga: Pemerintah akan Ajukan Solo Sebagai Kota Wisata Gastronomi | Berita Terkini, Independen, Terpercaya | KBR ID

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending