KBR, Jakarta - Plastik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dari sikat gigi hingga ponsel dan laptop, material ini ada di mana-mana. Namun, produksi massal plastik—yang mencapai lebih dari 300 juta ton pada 2023—menimbulkan ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Sekitar 97% plastik tidak terurai secara alami, dan setiap hari, 2.000 truk sampah penuh plastik dibuang ke laut, sungai, dan danau. Jika tidak ada tindakan, jumlah plastik di perairan global diperkirakan akan melonjak dari 140 juta ton (2019) menjadi 493 juta ton pada 2060.
Bahaya Mikroplastik dan Dampaknya
Mikroplastik—partikel plastik berukuran 1 nanometer hingga 5 milimeter—semakin mengkhawatirkan. Partikel ini mudah masuk ke rantai makanan melalui proses degradasi kimia, cuaca, atau pencernaan hewan. Penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik dapat merusak DNA, memicu stres oksidatif, dan meningkatkan risiko kanker.
Alternatif Ramah Lingkungan: Bisakah Menggantikan Plastik?
Plastik populer karena murah, tahan lama, dan ringan, tetapi sifatnya yang tidak terurai menjadi masalah utama. Beberapa alternatif yang sedang dikembangkan:
- Bambu dan Serat Alami
- Digunakan untuk alat makan, tisu, dan peralatan rumah tangga.
- Ramah lingkungan tetapi kurang kuat dan tidak bisa dibentuk seperti plastik.
- Biopolimer (PHA dan PHB)
- Terbuat dari limbah organik seperti minyak jarak atau molases fermentasi.
- PHA (Polyhydroxyalkanoate) sangat menjanjikan karena mudah terurai dan tidak beracun, tetapi harganya 6 kali lebih mahal dari plastik konvensional.
- PHB (Polyhydroxybutyrate) bisa menggantikan plastik sekali pakai, tetapi lemah terhadap panas dan air.
- Bioplastik dalam Industri Otomotif
- Perusahaan seperti Toyota dan Mazda mulai menggunakan biopolimer untuk mengurangi ketergantungan pada plastik berbahan minyak bumi.
- Tantangan: Biaya produksi tinggi dan daya tahan terbatas.
Upaya Global untuk Mengatasi Polusi Plastik
Pada 2022, PBB membentuk Intergovernmental Negotiating Committee (INC) untuk membuat perjanjian global mengatasi polusi plastik. Namun, pertemuan terakhir di Korea Selatan gagal mencapai kesepakatan. Beberapa langkah yang bisa diambil:
- Insentif pajak untuk produksi bioplastik.
- Inovasi daur ulang untuk mengurangi biaya pengolahan.
- Kampanye kesadaran tentang pengelolaan sampah.
Bioplastik saat ini hanya 1% dari total pasar plastik dunia. Untuk beralih sepenuhnya, diperlukan penelitian lebih lanjut, kebijakan tegas, dan investasi besar-besaran. Dengan kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat, masa depan tanpa plastik yang mencemari bumi bukanlah hal mustahil.
Sumber: 360info.org
Penulis: Sanmitra Barman
Baca juga: Walhi Sebut Kondisi Lingkungan Bakal Makin Terancam, Apa Sebabnya?