KBR, Balikpapan - Legenda bulutangkis Indonesia Alan Budikusuma
menyebut, Indonesia masih butuh waktu yang cukup lama untuk mencetak
atlet tunggal putri berprestasi, seperti era Susi Susanti yang merajai
dunia. Susi mempersembahkan medali emas Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Alla
England, Piala Uber maupun Piala Sudirman. Peraih medali emas tunggal
putra Olimpiade Barcelona tahun 1992 itu mengungkapkan, PBSI kesulitan
mencari bibit pemain tunggal putri di daerah-daerah termasuk di Jawa.
Karena antusias anak-anak Indonesia menjadi atlet putri bulutangkis
masih dirasa sangat kurang.
Selain itu kata suami Susi Susanti ini, orangtua juga enggan memberikan
ijin kalau lokasi latihan jaraknya jauh, termasuk jika harus melakukan
pertandingan diluar daerah. Hal itu kata Alan, yang dikeluhkan para
pelatih, sehingga sulit bisa mencetak pemain tunggal putri kelas dunia.
"Memang
salah satunya bibitnya tak banyak, sedikit memang. Dan memang untuk
mendapatkan bibit putri ini tidak gampang banyak kendala-kendala juga
di daerah, maupun dijawa banyaki jendala juga. Kendalanya itu salah
satunya, antusias minatnya rendah, itu sudah pasti dan juga ijin ya,
dari beberapa teman dan pelatih, seperti contohnya agak jauh sedikit
orangtuanya tidak mengijinkan anaknya bertanding, itu juga problem,"
kata Alan Budikusuma disela-sela ajang pencarian bibit pemain
bulutangkis di Balikpapan, Rabu (6/5/2015).
Alan Budikusuma
menambahkan, karena sulitnya mencari bibit pemain tunggal putri
bulutangkis, PBSI pun tak memasang target pada Olimpiade 2016 yang akan
digelar di Rio de Janeiro, Brasil. PBSI baru berani memasang target
meraih medali pada olimpiade 2020 mendatang. Kata dia, butuh waktu
empat tahun untuk mempersiapkan atlet tunggal putri terbaik.
Saat ini kata dia, sudah ada beberapa nama yang dipersiapkan dengan
usia rata-rata 19 tahun diantaranya Hana Ramadini, Silviani maupun
Georgia Mariska yang kini menempati peringkat 80-an dunia. Kata Alan, kemampuan tunggal putri
Indonesia saat ini masih tertinggal dari Tiongkok, Korea, Jepang, India,
Demark, dan Spanyol.
Editor: Malika