KBR – Wartawan senior Amarzan Lubis berpendapat, sastrawan Angkatan 1945, Sitor Situmorang yang meninggal dunia hari Minggu (21/12) kemarin di Belanda adalah penyair yang luar biasa.
Sitor, kata Amarzan, memiliki kesadaran politik yang kuat. Dalam diri Sitor tergabung kekuatan budaya Batak sebagai daerah asalnya dan dunia modern melalui pengembaraannya di sejumlah negara. Namun, kata Amarzan, Sitok masih bisa merawat ke-Indonesiaan-nya.
“Keberadaan di luar luar negeri tidak mengikis ke-Indonesia-an dan Batak. Setelah dia mengembara pola puisinya tidak berubah, penguasaannya terhadap bahasa Indonesia tidak berubah,” ujar Amarzan dalam perbincangan Sarapan Pagi KBR, Senin (22/12).
Hal ini terlihat dari puisi unik Sitor yang terikat dengan pantun-pantun Batak. Ia mencontohkan puisi “Lagu Gadis Itali”.
Lonceng gereja Bukit Itali
Kerling Danau di pagi hari
Kalau Musimmu tiba nanti
Jemputkan Abang di Teluk Napoli
Amarzan mengaku terakhir kali bertemu dengan Sitor sekitar lima tahun lalu. “Saat itu, walau memakai tongkat Sitor masih bisa berjalan dengan tongkat. Pikirannya tetap jernih,” kata Amarzan.
Ia berharap anak muda saat ini bisa belajar banyak pada Sitor sebagai sosok penyair yang produktif. Selain itu, walau tidak terlibat dengan politik praktis, pemikiran politiknya tetap hidup.
Sitor Situmorang lahir di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada 2 Oktober 1923. Dia menempuh pendidikan di HIS di Balige dan Sibolga serta MULO di Tarutung, kemudian AMS di Batavia (kini Jakarta). Kumpulan cerpennya dalam "Pertempuran" dan "Salju di Paris" mendapat Hadiah Sastra Nasional pada tahun 1955. Sitor juga pernah menjadi ketua Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia (1959-1965).
Berita kematian Sitor juga membuat Presiden Joko Widodo berduka. Melalui laman Facebook resmi Ir H Joko Widodo, Presiden menyatakan Sitor sebagai sebagai "seorang Sukarnois".
"Sebuah Lembaga Kebudayaan yang saat itu berada dibawah Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di mana PNI adalah cikal bakal dari PDI Perjuangan," ungkap Jokowi.
Sitor Situmorang di Mata Amarzan Lubis
Wartawan senior Amarzan Lubis berpendapat, sastrawan Angkatan 1945, Sitor Situmorang yang meninggal dunia hari Minggu (21/12) kemarin di Belanda adalah penyair yang luar biasa.

NUSANTARA
Senin, 22 Des 2014 10:47 WIB

Sitor Situmorang, Amarzan Lubis
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai