KBR, Balikpapan – DPRD Kota Balikpapan, Kalimantan Timur menyayangkan begitu mudahnya imigran masuk dan berkeliaran di Kota Balikpapan. Hingga kini jumlah imigran mencapai 285 orang. Sebanyak 132 orang tinggal di Rumah Detensi Imigrasi (Ridenim) dan 153 orang tinggal di kantor imigrasi. Rata-rata mereka masih berusia muda.
Ketua Komisi I DPRD Kota Balikpapan Sukri Wahid mengatakan, keberadaan para imigran itu telah meresahkan masyarakat. Sehinga dia meminta agar pihak terkait tidak lagi membiarkan bebas dan berkeliaran di Balikpapan.
Dia juga mendesak otoritas bandara dan Angkasa Pura I agar meminta kepada maskapai tidak memberikan tempat duduk kepada para imigran sehingga tidak masuk ke Balikpapan.
"Tapi mengapa mereka bisa diterbangkan. Ini jadi pertanyaan besar. Sesuai dengan dokumen UNHCR bahwa mereka tidak boleh dekat area bandara tapi justru bebas ke Balikpapan pakai Lion Air," katanya Rabu (10/12) sore.
Disamping itu kata Sukri, sebelumnya jika ada imigran yang mau dikirim ke Kota Balikpapan pasti ada surat perintah dari Dirjen Imigrasi, sehingga seluruh biaya ditanggung pemerintah
"Tapi ini mereka datang berkala dan tanpa pengantar dari dirjen imigrasi pusat. Di rudenim itu kan juga sudah tidak bisa menampung, termasuk di kantor imigrasi,” ucapnya.
Bahkan informasi yang diterimanya menyebutkan, kemungkinan para imigran yang masuk ke Kota Balikpapan sudah ada yang mengkoordinir.
“Itu yang saya dapat informasi dari Kepala Imigrasi Balikpapan, ada koordinir mereka masuk ke sini,” terangnya.
Karenanya untuk mengantisipasi agar tidak semakin banyak imgran masuk ke Kota Balikpapan, DPRD setempat mendorong pemkot dan unsur muspida menyikapi persoalan tersebut.
Rencananya kata Sukri, Senin depan, para wakil rakyat itu akan akan memanggil otoritas bandara dan Angkasa Pura I
“Kita ingin supaya ada penegasan, keputusan ini kita memanggil otoritas bandara dan Angkasa Pura setelah melihat situasi di lapangan,” pungkasnya.
Sebelumnya Kepala Imigrasi Balikpapan Sukandar menuturkan, rata-rata imigran yang datang adalah mereka yang berkeliaran di Jakarta dan sekitarnya. Mereka datang setelah mendengar di Balikpapan ada rudenim.
Editor: Antonius Eko