Bagikan:

Dewan Adat Paniai: Natal Kali Ini Beda dari Biasanya

Ada suasana yang berbeda jelang perayaan Natal di Paniai, Papua, tahun ini. Jika tahun-tahun lalu perayaan Natal berlangsung semarak, kini jelang perayaan Natal warga sekitar masih dihantui ketakutan.

NUSANTARA

Rabu, 24 Des 2014 08:50 WIB

Author

Anto Sidharta

Dewan Adat Paniai: Natal Kali Ini Beda dari Biasanya

Dewan Adat Paniai, Natal

KBR, Jakarta – Ada suasana yang berbeda  jelang perayaan Natal di Paniai, Papua, tahun ini. Jika tahun-tahun lalu perayaan Natal berlangsung semarak, kini jelang perayaan Natal warga sekitar masih dihantui ketakutan.

Situasi ini menyusul insiden penembakan terhadap warga sipil di Paniai pada dua minggu lalu, sejak 8 Desember lalu.

“Natal kali ini beda, beda dengan Natal-Natal sebelumnya. Setelah insiden penembahan, daerah agak sepi, daerah masih mencekam. Orang takut. Pondok-pondok Natal dan lagu-lagu Natal yang diputar seperti yang lalu-lalu tidak ada di Paniai,” ujar Ketua Dewan Adat Paniai, John Gobai, dalam perbincangan Sarapan Pagi KBR, Rabu (24/12).

Menurut John Gobai, keberadaan aparat TNI yang kerap berpatroli semakin membuat membuat warga  sekitar takut. “Ini suatu gambaranyang tidak bagus,” ujarnya.

Sementara, terkait dengan penyelidikan kasus ini yang dilakukan oleh TNI dan Polri, ia tidak yakin akan  berjalan transparan.

“Kalau pengusutan oleh TNI dan Polri kemungkinan untuk transparannya sangat  kecil sekali. Bahkan Polda Papua. kapoldanya mengklaim angggotanya tidak terlibat.  Ini terlalu dini mengklaim,. Sementara, Pangdam Papua masih menunggu investigasi dari TNI.,” kata John Gobai.

Karenanya, ia mendesak dibentuknya Komisi Penyelidik Pelanggaran (KPP) Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Komnas HAM. Upaya ini, kata dia, akan lebih memberikan kepastian soal transparansinya hasil penyelidikan. Upaya ini, kata dia, juga akan mengeliminir arogansi aparat keamanan di Papua.

Selain itu, John juga membantah pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno yang menyatakan ada penyelesaian adat terkait insiden ini.

“Yang ada bantuan bupati pada keluarga korban namanya uang duka. Kan kita ada ritual adat  namanya ‘bersih darah’. Untuk itulah kalau ada korban penembakan, ada darah yang keluar. Itu harus ada ritualnya. Dalam bahasa kita ‘Emo Witoga’. Emo itu darah, Witoga itu cuci,  jadi cuci darah. Itu yang bupati bantu,” pungkas John.


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending