Animo besar pemilik kendaraan untuk memasang alat pemantau penggunaan bahan bakar RFID (Radio Frequency Identification), ternyata tak diimbangi dengan tenaga trampil dalam jumlah yang memadai.
Ini terjadi misalnya di SPBU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Sejak pagi ratusan orang sudah antri, tapi tak satu pun petugas dari PT INTI sebagai pelaksana lapangan muncul.
"Petugas baru muncul sekitar jam 10, cuma 2 orang. Itu pun tampangnya masih kayak anak-anak SMA. Seperti anak sekolah yang sedang PKL. Tak pakai seragam pula," ujar Erie, warga Menteng, yang mengantri sejak pukul 8 pagi.
Menurut Erie, Jumlah antrian mencapai 150 orang. Tapi jumlah alat RFID yang tersedia hanya 117 buah. "Saya sendiri dapat nomor urut 111. Yang lain disuruh pulang."
Karena jumlah peminat sangat banyak, alat RFID tadi akhirnya hanya dibagikan saja, tidak dipasang di masing-masing mobil. "Silakan pasang sendiri di bengkel," kata petugas.
Erie mengaku sebelumnya ia berniat mengantri di SPBU Penjernihan. Tapi ternyata sudah satu bulan tak ada kegiatan pemasangan RFID di SPBU tersebut. Ia lantas membaca pengumuman yang ditempel dan menghubungi nomor telepon yang tertera di lembar pengumuman. "Tapi teleponnya tak bisa dihubungi," keluhnya.
Pemasangan RFID adalah bagian dari program Sistem Monitoring dan Pengendalian BBM (SMPBBM), sedangkan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) adalah rekanan Pertamina yang ditunjuk sebagai pelaksana lapangan pemasangan alat RFID. Pemasangan alat ini berguna untuk memantau dan mengendalikan penggunaan BBM, khususnya BBM bersubsidi.
PT INTI bertanggungjawab atas pemasangan alat RFID untuk sekitar 100 juta kendaraan bermotor, mulai dari motor, mobil, bus, hingga truk. Proyek ini dilaksanakan melalui 5.027 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan 150 kantor layanan PT INTI di seluruh Indonesia.
Baca juga:
Antri RFID Panjang, Pertamina Tambah Personil di SPBU
Pasang RFID, Masyarakat Tak Perlu Panik