Bagikan:

Jawa Tengah Waspada Cacar Monyet, di Bandung Satu Kasus

Ruang isolasi juga disiapkan.

NUSANTARA

Rabu, 01 Nov 2023 20:58 WIB

Jawa Tengah Waspada Cacar Monyet, di Bandung Satu Kasus

Ilustrasi virus cacar monyet. (Foto: NIAID Wikimedia Creative Commons)

KBR, Semarang- Dua rumah sakit disiapkan untuk menangani pasien cacar monyet atau monkey pox di Jawa Tengah.

Kepala bidang Penanganan dan Pencegahan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jateng, Irma Makiah mengatakan, fasilitas kesehatan tersebut disiapkan meski belum ada temuan kasus cacar monyet di sana.

"Jawa Tengah sudah ada dua RS yang disiapkan seperti RS Kariadi di Semarang, RS Mawardi Solo. Kemudian meningkat unit kewaspadaan dan respons. Kami memantau laporan dari puskesmas, rumah sakit dan berkoordinasi melalui WA group jika memang ada temuan tanda-tanda cacar monyet," ungkap Irma di Semarang, Rabu, (01/11/23).

Irma mengungkapkan, hingga saat ini dinkes belum mendapatkan laporan terkait cacar monyet dari kabupaten/kota yang berada di Jawa Tengah.

Meski begitu, ia memastikan tenaga dan fasilitas kesehatan di Jawa Tengah telah disiapkan jika memang ada warga terindikasi cacar monyet. Selain itu, ruang isolasi juga disiapkan.

"Masih nol kasus untuk di Jateng," ungkapnya.

Irma meminta masyarakat segera memeriksa diri dan melapor ke fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas jika merasakan gejala cacar.

"Kalau demam dan keluar bentol-bentol jangan ragu untuk periksa dan lapor," imbuhnya.

21 Kasus di 3 Daerah

Sebelumnya, puluhan warga di tiga daerah telah terkena cacar monyet, yakni, DKI Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bandung.

Di Bandung misalnya, saat ini Rumah Sakit Hasan Sadikin, merawat seorang pasien pria berusia 36 tahun yang positif terjangkit cacar monyet atau monkey-pox.

Pasien adalah warga Kota Bandung yang datang sepekan lalu, dengan diagnosa awal diduga terjangkit cacar monyet.

Menurut Ketua Tim Penyakit Infeksi Menular Khusus Rumah Sakit Hasan Sadikin, Yovita Hartantri, hasil laboratorium yang memeriksa sampel kulit dan darah pasien mengonfirmasi positif penyakit cacar monyet.

"Ya, jadi bila kita menemukan seorang pasien dengan dugaan suspect monkey pox, kita pertama harus pastikan dahulu apakah memang betul dari hasil pemeriksaan dari lesinya, lalu dari swab tenggorokannya. Baiknya pasien itu dirawat di rumah sakit untuk menentukan diagnosisnya," ujar Yovita melalui rilis pers, Selasa, (31/10/2023).

Yovita menambahkan, pasien kini menjalani perawatan untuk dipastikan tingkat keparahan penyakit. Jika kerusakan atau ketidaknormalan setiap bagian atau jaringan di dalam tubuh pasien (lesi) cukup luas, maka ditetapkan pasien terjangkit cacar monyet kategori berat.

Selain memantau tingkat lesi, tingkat keparahan penyakit cacar monyet juga dapat dilihat dari adanya infeksi yang mengganggu organ tubuh, semisal hati dan ginjal.

"Pengobatannya yang terpenting kita sebut secara suportif gitu. Karena penyebabnya ini virus maka harus diberikan anti-virus. Kasus yang kami tangani saat ini tidak memerlukan obat anti-virus karena kondisinya stabil," katanya.

Meski terdapat lesi, pasien positif terjangkit cacar monyet ini tidak mengganggu organ vital di tubuh, sehingga pasien dalam kategori tidak terinfeksi berat.

Saran Ahli

Sementara itu, ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mendorong pemerintah bergerak cepat mendeteksi dan melacak kasus cacar monyet atau Monkey pox (Mpox). Sebab, jika penanganannya lambat, dia khawatir kasus akan terus menyebar dan bertambah sehingga menjadi epidemi.

Epidemi adalah penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban. Hingga kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan ada 21 kasus konfirmsi cacar monyet.

"Kemudian isolasi karantina termasuk vaksinasi cincin. Ini kalau tidak dilakukan, ya ini akan membuat penyakit ini cenderung akan terus menyebar dan bertambah banyak dan yang akhirnya menjadi epidemi yang sulit untuk dikendalikan. Nah, itu yang mesti dilakukan oleh pemerintah dengan juga melibatkan LSM, NGO, yang selama ini sudah ikut aktif sebenarnya di penyakit HIV," kata Dicky kepada KBR, Minggu, (29/10/2023).

Baca juga:

Editor: Sindu

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending