Bagikan:

Kekerasan Seksual Dominasi Kasus pada Anak di NTB

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkap, kasus kekerasan pada anak untuk tahun 2014 yang ditangani lembaga itu didominasi kasus kekerasan seksual.

NUSANTARA

Senin, 24 Nov 2014 17:35 WIB

Author

Turmuzi

Kekerasan Seksual Dominasi Kasus pada Anak di NTB

Kekerasan Seksual, Anak di NTB

KBR. Mataram - Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkap, kasus kekerasan pada anak untuk tahun 2014 yang ditangani lembaga itu didominasi kasus kekerasan seksual.

Koordinator Divisi Penanganan Kasus, LPA NTB, Joko Jumadi mengatakan,  kasus kekerasan seksual dan pencabulan terhadap anak yang ditangani lembaganya lebih tinggi dibanding tahun lalu. Hal ini, kata dia, karena tinggi kesadaran masyarakat untuk melaporkan kasus.

“Tahun 2013 hanya 55 kasus secara keseluruhan kasus, yang kekerasan seksual itu lima belasan, sekarang itu sudah 45 kasus, yang seksual saja” kata Joko di Mataram, (24/11) 

Joko berharap masyarakat tidak lagi malu melaporkan ke aparat berwenang jika menemui adanya kasus kekerasan pada anak. Sebab, kata dia, anggapan bahwa melapor ke aparat hukum adalah aib malah menguntungkan pelaku.

“Padangan masyarakat semacam ini semakin membuka ruang bagi pelaku kekerasan seksual yang sama maupun pelaku lain untuk melakukan perbuatan yang sama dengan korban berbeda. Padahal dengan melapor, selain bisa mencegah terjadinya kekerasan seksual menimpa anak lain, pelaku juga bisa diproses secara hukum,” ujarnya. 

Temuan lain yang menjadi fokus perhatian LPA, kata dia, terkait praktik pelacuran yang dilakukan secara terorganizir oleh para mucikari dan prilaku iseng dari anak-anak yang secara sadar melacurkan diri. Menurut Joko, lembaganya dan polisi kini tengah bekerja sama mengungkap kasus ini.

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending