KBR, Mataram - Kenaikan harga BBM bersubsidi tidak otomatis membuat pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di NTB meraup untung, bahkan pengusaha SPBU mengaku merugi.
Alasannya, modal untuk membeli BBM di depo Pertamina meningkat, sementara keuntungan yang diperoleh tak meningkat. Disaat yang sama, para karyawan SPBU menuntut dinaikkan gajinya akibat kebutuhan rumah tangga yang meningkat.
Hal itu disampaikan salah seorang pemilik SPBU di Lombok H Machsun Ridwainny Jumat (21/11). Machsun yang menjadi wakil ketua Hiswana Migas Provinsi NTB ini mengatakan, dalam hitungan bisnis, setiap usaha harus mendapatkan untung. Namun peningkatan modal pada pembelian BBM tidak memiliki hubungan dengan peningkatan laba.
“Dari sisi permodalan, kami harus meningkatkan jumlah modal. Bayangkan saja kalau kami rata-rata omzetnya 30 ton satu bulan berarti penambahan modalnya kan 30 ribu kali 2000,” kata Machsun.
“Jadi ketika sekarang bermodal 700 juta, nanti harus ditambah jadi 900 juta paling tidak, baru dia bisa imbang. Sementara keuntungan yang diberikan kita tetap-tetap saja, tidak ada kenaikan. Jadi secara perhitungan bisnis itu rugi.”
Machsun mengatakan, Pertamina melakukan pengendalian penyaluran bahan bakar untuk mencukupi jatah BBM sampai akhir tahun karena sisa kuota bahan bakar yang menipis. Namun saat ini suplai oleh depo Pertamina masih lancar.
Editor: Antonius Eko