Bagikan:

NTB Terancam Kekurangan Penyuluh Pertanian

Sebanyak 50 persen penyuluh pertanian di Nusa Tenggara Barat (NTB) akan pensiun pada tahun 2014-2015 mendatang. Dari segi jumlah, penyuluh pertanian sebenarnya sudah cukup. Namun jika tidak diantisipasi lebih awal, maka penyuluh yang akan pensiun pada umu

NUSANTARA

Selasa, 05 Nov 2013 16:49 WIB

NTB Terancam Kekurangan Penyuluh Pertanian

pertanian, penyuluh, NTB

KBR68H, Lombok - Sebanyak 50 persen penyuluh pertanian di Nusa Tenggara Barat (NTB) akan pensiun pada tahun 2014-2015 mendatang. Dari segi jumlah, penyuluh pertanian sebenarnya sudah cukup. Namun jika tidak diantisipasi lebih awal, maka penyuluh yang akan pensiun pada umur 56 tahun akan mengakibatkan kurangnya jumlah penyuluh.


Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Provinsi NTB Mashur mengatakan, saat ini Tenaga Harian Lepas ( THL) sebanyak 625 orang bisa diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sehingga nantinya bisa menutupi kekurangan jumlah penyuluh pertanian. 


“Kalau dari segi jumlah, penyuluh itu sebetulnya cukup di NTB. Tetapi itu kalau tidak diantisipasi bahwa penyuluh itu pensiun di umur 56 tahun, maka itu akan terjadi kekurangan penyuluh yang cukup besar. Lebih dari 50 persen, penyuluh pada tahun 2014-2015 akan pensiun,” ungkap Mashur. 


Ia mengatakan, penyuluh THL tersebar di seluruh kabupaten kota, sehingga akan terjadi kekurangan penyuluh secara merata di NTB jika para penyuluh tersebut pensiun.  Jumlah penyuluh pertanian turut mempengaruhi jumlah hasil pertanian. 


Saat ini jumlah penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sebanyak 1.840 orang yang tersebar seluruh kabupaten kota di NTB. Menurutnya, pemprov NTB sedang menggalakkan gerakan penyuluh untuk mendukung swasembada kedelai di setiap kabupaten kota dengan basis kecamatan.


Editor: Antonius Eko 


Sumber: radio Global FM Lombok 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending