Bagikan:

Jadi TKI di Oman, Rokhani Dicabuli, Disiksa dan Dikurung di Kamar Mandi

KBR68H, Yogyakarta - Rokhani Ana warga Bantul yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Oman mengalami penyiksaan. Air mata Tukiyah, 50 tahun, mengalir deras, saat mengenang nasib putrinya Rokhani Ana, 29 tahun, TKI di Oman, yang tertahan tak dapat pul

NUSANTARA

Jumat, 01 Nov 2013 10:54 WIB

Jadi TKI di Oman, Rokhani Dicabuli, Disiksa dan Dikurung di Kamar Mandi

TKI, disiksa, oman, dicabuli

KBR68H, Yogyakarta - Rokhani Ana warga Bantul yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Oman mengalami penyiksaan. Air mata Tukiyah, 50 tahun, mengalir deras, saat mengenang nasib putrinya Rokhani Ana, 29 tahun, TKI di Oman, yang tertahan tak dapat pulang ke Tanah Air. Ibu tiga anak itu mengisahkan nasib malang anaknya di negeri orang yang mengalami pencabulan hingga penyiksaan.

Sesekali kalimat yang diucapkan Tukiyah terputus, ia menahan tangis saat bercerita ke media kisah tragis putrinya. Tukiyah mengenang, saat Rokhani Ana meninggalkan Bantul menuju Oman lewat Penyalur Jasa TKI (PJTKI) Abdullah Putra Tamala yang berkantor di daerah Condet, Jakarta Timur tiga tahun lalu.

“Waktu itu diajak orang namanya Pak Putut katanya rumahnya di belakang TVRI,” tutur Tukiyah saat disambangi Kamis (31/10) siang di Dusun Sindet, Trimulyo, Jetis, Bantul.

Desakan ekonomi memaksa Rokhani Ana mencari peruntungan di luar negeri. Apalagi saat itu, ia tengah pisah ranjang dengan suaminya di Bantul yang telah memberinya anak yang kini duduk di bangku kelas IV SD. Rokhani Ana awalnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan majikan bernama Mahmod bin Khaled bin Abdullah Al Mandiri. Di rumah majikan pertamanya ini, ia mengalami tindakan tak senonoh berupa pelecehan seksual.

“Kata dia, majikannya enggak senonoh, tiap mau kerja disuruh mencium majikannya,” kata Tukiyah yang mendengar cerita itu dari Rokhani Ana melalui sambungan telepon.

Tak betah diperlakukan tak senonoh, Rokhani Ana kabur dari rumah majikannya. Ia mendatangi sebuah kantor pemerintah di daerah Al Buraimi. Tukiyah tak tahu kantor apa yang dimaksud. Di sana ia minta dipulangkan ke Indonesia.

Namun, otoritas kantor itu tak mau memulangkannya. Justru Rokhani Ana dicarikan tempat kerja di keluarga yang lain. Di majikannya yang kedua, nasib Rokhani Ana tak kalah buruk. Di tempat ini ia kerap dipukuli. Ia sempat kabur meninggalkan rumah majikannya. Namun saat ditangkap kepolisian setempat, ia kembali dipulangkan ke rumah majikannya yang kedua tersebut.

Saat kembali, pemukulan masih terus ia terima. Ia bahkan sempat dikunci di kamar mandi. “Dia mengaku kalau dia dipukuli itu baru tujuh bulan lalu, dulu waktu menelepon sekitar 2011 dia enggak pernah cerita, dia enggak mau bikin susah orangtuanya,” ungkap Tukiyah. Tak tahan terus disiksa, perempuan berkulit kuning langsat itu kembali kabur. Tukiyah, ibu Rokhani Ana menuturkan anaknya dua kali berhasil melarikan diri dari majikan yang berbuat tidak senonoh padanya.

“Saat melarikan diri dari majikannya yang ke dua, seorang laki-laki setempat bernama Yunus menolongnya dan membawanya ke kontrakan,” tutur Tukiyah.

Menurut pengakuan Rokhani Ana ke Tukiyah yang berkomunikasi lewat telepon, Yunus belum berkeluarga. Mereka akhirnya menikah siri dan kini dikarunia seorang putri bernama An Nur berusia satu tahun.
Namun menikah dengan Yunus, tak lantas membuat Rokhani Ana bahagia. Di sana, ia dilarang ke luar rumah. Bahkan hingga ia melahirkan putrinya An Nur, tak ada tenaga medis yang menolong atau ada yang membawanya ke rumah sakit.

“Dia itu melahirkan sendiri enggak dibawa ke rumah sakit, hanya dibantu temannya sesama pekerja di sana. Yunus ya ada di situ cuma menunggu,” katanya dengan suara tangis semakin keras.

Di negara Arab itu menurut Tukiyah, perempuan tak biasa ke luar rumah. Apalagi pekerja rumah tangga asal luar negeri. Alhasil, cucunya tak pernah mendapat tindakan medis seperti imunisasi. Kondisi itu membuat Rokhani tak betah tinggal di sana. Ia kerap mengeluh ingin pulang ke Tanah Air. Tukiyah mengenang, saat Rokhani Ana meninggalkan Bantul menuju Oman lewat Penyalur Jasa TKI (PJTKI) Abdullah Putra Tamala yang berkantor di daerah Condet, Jakarta Timur tiga tahun lalu.

“Waktu itu diajak orang namanya Pak Putut katanya rumahnya di belakang TVRI,” jelasnya.

Sumber: Radio Star Jogja

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending