Bagikan:

Cerita Seorang Warga Cirebon soal Dampak Demo Dokter

Mogok praktik massal yang dilakukan dokter di Cirebon, Jawa Barat, dikeluhkan warga karena dinilai merugikan. Sementara aksi mogok praktik yang dilakukan puluhan dokter di RSUD Gunung Jati Cirebon menyebabkan rumah sakit itu pun tampak lengang.

NUSANTARA

Kamis, 28 Nov 2013 15:39 WIB

Author

Suara Gratia

Cerita Seorang Warga Cirebon soal Dampak Demo Dokter

Warga Cirebon, Demo Dokter

KBR68H, Cirebon – Mogok praktik massal yang dilakukan dokter di Cirebon, Jawa Barat, dikeluhkan warga karena dinilai merugikan. Sementara aksi mogok praktik yang dilakukan puluhan dokter di RSUD Gunung Jati Cirebon menyebabkan rumah sakit itu pun tampak lengang.

Seorang warga Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Imam (26 tahun) mengeluhkan aksi mogok dokter hingga menyebabkan istrinya yang tengah hamil tak bisa memeriksakan diri. Padahal, istrinya Deasy telah sengaja meminta izin dari tempat kerjanya untuk memeriksakan kandungannya. “Kandungan istri saya sudah masuk usia enam minggu. Tapi ketika ke klinik, dokter langganan kami tidak praktik, katanya libur,” ucapnya.

Belakangan dia mengetahui para dokter tengah melakukan aksi mogok praktik sebagai bentuk solidaritas para dokter se-Indonesia atas vonis hukuman penjara kepada tiga dokter di Manado, yakni Dewa Ayu, Hendry Simanjuntak dan Hendy Siagian,.

Dia mengaku rutin memeriksakan kandungan istrinya mengingat calon bayi tersebut merupakan anak pertama mereka. Seluruh dokter di rumah sakit milik Pemkot Cirebon tersebut tidak berpraktik seperti biasa.

Hanya Unit Gawat Darurat (UGD) yang tampak beroperasi dan petugas rawat inap masih tampak bertugas. Padahal, pada hari biasa RSUD Gunung Jati cukup ramai dipadati pasien asal Kota Cirebon maupun rujukan dari luar daerah.

Aksi mogok dokter sendiri diawali apel pagi di halaman rumah sakit, para dokter mengikatkan pita berwarna hitam pada lengan kiri masing-masing. Mereka pun membacakan kembali sumpah dokter, serta sempat membacakan puisi permintaan maaf dokter Indonesia karya Dokter Wimpie Pakahila maupun doa bersama.

Direktur Utama RSUD Gunung Jati Heru Purwanto, membenarkan aksi solidaritas para dokter yang berpraktik di rumah sakit tersebut. Namun, dia menjamin aksi itu tidak mengganggu pelayanan, apalagi sampai menelantarkan pasien. “Tidak akan menelantarkan pasien, lihat saja mereka bertugas seperti biasa kok. Ini hanya keprihatinan saat melakukan tugas,” terangnya.

Ia mengaku, mendukung aksi solidaritas tersebut, bahkan ia termasuk yang mengenakan pita hitam pada lengan kirinya sebagai simbol keprihatinan. Hal itu didasarkan semangat menolak kriminalisasi hukum terhadap dokter. Dia membantah aksi yang mereka lakukan merupakan demonstrasi. Menurutnya, aksi keprihatinan yang ditandai mogok praktik itu merupakan cuti bersama. “Cuti bersama boleh kan,” ujar dia.

Aksi hari itu disebutnya sebagai hari berkabung karena vonis hukuman kepada ketiga dokter yang dituding melakukan malpraktik, padahal telah melakukan tugas sesuai prosedur. Lebih jauh dia meyakinkan, RSUD Gunung Jati sendiri tetap mengutamakan pelayanan kepada pasiennya karena semua dokter masuk kerja dan pelayanan lainnya berjalan biasa.(Frans C. Mokalu)

Sumber: Suara Gratia
Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending