Kepala PSE UGM, Jumina menjelaskan, program ini dimaksudkan agar tiap keluarga mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri. Untuk itu PSE UGM mengembangkan kompor, tungku dan lampu yang bisa menggunakan bahan bakar bioetanol.
Kalau dulu desa mandiri energi terkendala tidak begitu lancar di masyarakat karena lingkupnya lebih besar, jumlah wilayahnya lebih besar, warganya lebih banyak, bahan baku yang dipakai juga lebih banyak, jadi agak menjadi kendala. Supaya lebih efisien kita ubah menjadi keluarga mandiri energi. Kalau untuk ukuran keluarga, kalau ada bahan baku dalam jumlah kecil dan tehnologinya baru ini bisa diterapkan, kata Jumina.
Ia menambahkan, sejumlah daerah yang akan dijadikan proyek percontohan keluarga mandiri energi, diantaranya Imogiri, Gunung Kidul dan Turi, Yogyakarta. Jumina berharap program keluarga mandiri energi mampu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap energi konvensional serta mampu menekan pemborosan energi.