Itu sebabnya, upaya menyelamatkan Owa Jawa, perlu didukung. Salah satunya, adalah yang diprakarsai pengelola TN GGP dan Conservation International (CI). Mereka meluncurkan program adopsi Owa Jawa. Bila anda mengadopsi Owa Jawa, bukan berarti anda boleh membawa pulang owa itu untuk jadi binatang peliharaan di rumah. Adopsi ini, justru terbalik. Anda diminta membiayai program rehabilitasi owa, supaya bisa kembali hidup di alam liar. Program rehabilitasinya ditangani Javan Gibbon Center (JGC), yang berlokasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Ada 27 ekor Owa Jawa yang dirawat di JGC. 14 betina dan 13 jantan. Owa-owa ini didapat dari penyitaan atau diserahkan sukarela oleh pemiliknya. Owa memang tak boleh dimiliki individu, atau dipelihara sebagai binatang domestik. Para petugas di JGC melatih owa owa itu untuk kembali mampu hidup di alam liar. Salah satu langkah pertamanya adalah dicarikan pasangan. Owa merupakan jenis binatang monogami. Peluang hidupnya di alam liar, akan lebih besar kalau dilepas berpasangan.
Tetapi menjodohkan owa itu tak mudah. Dari 27 ekor penghuni JGC, 10 sudah berpasangan. Mereka tinggal dalam kandang-kandang khusus, untuk owa yang berpasangan. Sedangkan owa yang belum punya jodoh, diberi kandang tersendiri. Berdekatan dengan owa lain yang dijodohkan. Tapi ada sekatnya. Kalau mereka menunjukkan ketertarikan, baru dipindahkan ke kandang pasangan. Owa Jawa hanya sekali memilih pasangan, dan setelah itu akan bersama sama. Satu pasangan, di alam liar, biasanya menguasai area hutan tertentu, dengan 2-4 anaknya. Satu owa betina, hanya melahirkan maksimal 4 anak sepanjang hidupnya.
Dari owa yang sudah berpasangan di JGC, Septa dan Echi yang paling siap dilepas ke alam liar. Septa, jantan, usia 10 tahun. Echi, betina, 11 tahun. Petugas JGC mengamati kalau Echi sekarang sedang hamil dua bulan. Artinya, pasangan ini sudah sangat siap dilepas ke hutan. TN GGP dan CI sedang menyiapkan hutan di sekitar Bodogol, yang akan jadi tempat hidup pasangan ini dan anaknya kelak. Paling lambat, Juli nanti Echi akan melahirkan.
Septa dan Echi ini, seperti juga 25 Owa Jawa lain di JGC, menunggu uluran tangan para adopter. Untuk mengadopsi satu ekor Owa Jawa, anda diharap menyumbang Rp 1,5 juta per bulan, untuk masa adopsi minimal 6 bulan. Anda boleh memberi nama owa asuh itu menurut keinginan Anda. Tentu saja kalau sudah di hutan, nama itu tak dipakai lagi, kelakar Jatna Supriatna, Direktur CI Indonesia. Dana adopsi itu, walaupun kelihatan mahal, hanya cukup untuk biaya pakan. Owa memakan buah-buahan, sayur-mayur, dan selama di JGC juga mendapat asupan vitamin lewat tambahan susu.
Sementara itu, penghuni JGC adalah :
1. Jeffry, 11 tahun, jantan
2. Nancy, 11 tahun, betina
3. Charlie, 9 tahun, jantan
4. Dina, 10 tahun, betina
5. Yuki, 18 tahun, betina
6. Echi, 11 tahun, betina
7. Septa, 10 tahun, jantan
8. Sadewa, 9 tahun, jantan
9. Kiki, 9 tahun, betina
10. Kiskis, 9 tahun, jantan
11. Jowo, 10 tahun, jantan
12. Bombom, 10 tahun, betina
13. Mel, 12 tahun, jantan
14. Dompu, 10 tahun, betina
15. Moli, 7 tahun, jantan
16. Robin, 7 tahun, jantan
17. Kasy, 9 tahun, betina
18. Jimbo, 7 tahun, jantan
19. Cuplis, 8 tahun, betina
20. Moni, 5 tahun, betina
21. Pooh, 9 tahun, betina
22. Uu, 11 tahun, betina
23. Simon, 10 tahun, jantan
24. Lukas, 9 tahun, betina
25. Nakula, 7 tahun, jantan
26. Sasa, 5 tahun, betina
27. Saar, 1.5 tahun, jantan
Jadi, siapa berminat adopsi owa?