Hal-hal tersebut di antaranya adalah membuat kebun sayur dan buah di belakang sekolah, yang juga bisa menjadi media edukasi mengenai cara bercocok tanam. Salah satu contoh, jika ada murid yang merayakan ulang tahun di sekolah, orangtua dihimbau untuk tidak mengunakan peralatan makan yang sulit didaur ulang seperti styrofoam.
Ibu Usha menambahkan bahwa jika menginginkan efisiensi energi menjadi sebuah gaya hidup, kebiasaan atau perilaku yang melekat dan terus dilakukan oleh semua pihak, maka pemerintah harus memasukkan efisiensi energi ke dalam kurikulum pelajaran sekolah. “Kita semua ingin go green namun belum tentu semuanya mengerti apa yang harus dilakukan.”
Beberapa tantangan juga dialami oleh Bunda Mulia, seperti bagaimana caranya agar kebiasaan ini benar-benar melekat dan menjadi bagian dari gaya hidup murid dan seluruh anggota sekolah Bunda Mulia.
Keikut sertaan Bunda Mulia International School ikut dalam Home and School Energy Champion 2012, menurut Ibu Usha bukan untuk menang, tapi untuk mengubah perilaku seluruh bagian sekolah “Efisiensi energi adalah salah satu materi yang perlu diajarkan agar menjadi kebiasan baik.”
Tindakan nyatanya adalah seluruh bagian sekolah turut berpartisipasi dalam kompetisi ini – dari murid, guru dan seluruh staff sekolah.
“Sejauh ini beberapa hal telah dilakukan Bunda Mulia untuk mendukung efisiensi energy seperti contohnya dalam hal penggunaan pendingin ruangan, jam 7 sampai sampai 9 pagi semua AC di sekolah dimatikan. Setelah itu, kelas hanya boleh menyalakan 1 AC meskipun rata-rata di setiap kelas ada 3 AC. Jika ingin menyalakan lebih dari 1 AC, murid harus ijin terlebih dahulu ke guru kelas. Suhu yang awalnya 16 derajat Celcius juga diubah menjadi 24 derajat Celcius. Selain itu, cara bertahap sekolah mengganti lampu yang digunakan dengan lampu hemat energi.”
Bunda Mulia International School
Jl. Lodan Raya No. 2, Jakarta Utara, 14430
Phone: 690 9742/691 9405
Email: operation@bims.or.id
Website: www.bmis.or.id