Bagikan:

Mengatur Parkir Liar di Jakarta

Gembok dan derek sudah sudah lama absen dari jalan-jalan di Jakarta. Dia tidak ada lagi untuk mobil-mobil yang bandel, diparkir sembarangan oleh si tuan empunya. Kebijakan ini digaungkan lagi pada Mei tahun lalu. Tapi pelaksanaannya menguap seperti hangat

NUSANTARA

Rabu, 21 Nov 2012 08:00 WIB

Author

Saya mempredisikan kebijakan itu paling lama bertahan satu dua pekan saja, kata Darmaningtyas, pengamat transportasi di awal pelaksanaannya. Bernada pesimistis, Darmaningtyas meleset sedikit saja. Kata Juru Parkir yang banyak nongkrong di Jalan Pramuka atau di depan Pasar Pramuka, patroli petugas Dinas Perhubungan cuma bertahan sebulan saja. Habis itu parkiran liar ramai kembali.Masalah parkir liar tak berdiri sendiri.

Dia sekadar efek dari semrawutnya manajemen transportasi Jakarta. Parkir liar adalah dampak wajar dari populasi kendaraan di Jakarta yang angka tumbuhnya mencapai belasan persen, sementara pertumbuhan jalan dan lahan parkir tak mampu mengimbangi. Sementara itu transportasi massal kita tak bisa diandalkan, kata Soetanto Soehodo ketua Dewan Transportasi Kota. Transportasi massal di Jakarta tak mampu menjawab kebutuhan mobilitas warganya. Padahal jauh lebih enak pakai angkutan umum. Kita tinggal turun dari bus, tanpa diruweti dengan urusan parkir, tambah Soetanto.


Maka parkir liar itu pun tumbuh. Di sekujur Jakarta. Menyumbang paling tidak 20% dari angka total kemacetan yang terjadi di Jakarta, menurut Soetanto Soehodo. Jika dirupiahkan kerugiannya, maka angkanya bisa mencapai triliunan rupiah. Coba tengok data Forum Warga Kota Jakarta yang menyebut angka kerugian Jakarta per tahun akibat kemacetan mencapai 2-7 triliun rupiah. Harap dihitung juga kerugian lingkungan Jakarta akibat asap knalpot kendaraan yang terjebak kemacetan.

Lantas apa jawab dari masalah parkir liar? Pengembangan transportasi massal. Tak bisa ditawar! Kata Soetanto Soehodo. Membuka jalan lebar-lebar, membangun jalan tol, jalan layang, adalah solusi yang mudah usang. Seperti memberikan pakaian besar kepada orang yang kelewat gemuk. Transportasi massal memberikan perjalanan yang efisien untuk warganya. Semakin banyak orang yang memakai transportasi umum semakin sedikit orang yang memakai kendaraan pribadi. Dan, voila, tak perlu sulap tak perlu sihir, jalanan Jakarta jadi lebih lowong. Dengan begini kita bisa mengistirahatkan derek dan menyimpan gembok kembali ke lokernya.

Good bye kemacetan, good bye asap knalpot.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending