“Kalau kita lihat tiga tahun terakhir mengenai tarif kita tidak melakukan perbaikan. Seperti penambahan sarana itu tiga tahun terakhir kita tidak tambah sekitar 64 persen, kemudian operasi dan sebagainya penambahan sudah kita lakukan. Buktinya perjalanan kita dari 444 itu sekarang menjadi 531, kita mulai tambah terus pelayanan, persepsi ini tentu saja kita harapkan bisa menambah perubahan sarana dan prasarana. Kalau kita bicara commuter line ini kereta yang memang tidak ada subsidinya, jadi pertimbangannya supaya sarana prasarana meningkat.”
Perubahan itu, tambah Makmur harus dilakukan. Jika bicara kenaikan seperti industri apapun baik dari industri yang kecil sampai yang besar perubahan pasti ada. “Inilah yang akan kita upayakan bahwa proses ini sebenarnya akan kita kembaikan ke penumpang, jadi pelayanan ini terus akan kita kembangkan. Tapi secara pembiayaan dan sebagainya ini ada ukurannya, berdasarkan hal-hal yang kita keluarkan.”
Informasi soal kenaikan sudah dilakukan tiga bulan lalu lewat berbai media, seperti spanduk, flyer hingga media massa. Tarik yang akan berlaku pada 1 Oktober mendatang, yaitu Rp 9.000,- untuk relasi Bogor-Jakarta/Jatinegara, RP 8.000,- untuk relasi Depok-Bogor, Rp 8.000,- untuk relasi Depok-Jakarta/Jatinegara, Rp 8.500,- untuk relasi Bekasi-Jakarta/Stasiun Transit, Rp 8.000,- untuk relasi Parung Panjang/Serpong-Tanah Abang/Stasiun Transit, Rp 7.500,- untuk relasi Tangerang-Duri/Stasiun Transit.