Yayat Supriyatna, pengamat transportasi, menuturkan Pemprov Jakarta seakan mengeluarkan program yang saling berbenturan. Satu sisi mengembangkan transportasi massal, yang hasilnya belum maksimal. Kini, sudah berencana menambah ruas jalan, guna mengakomodir kenaikan jumlah kendaraan pribadi.
Nada keprihatinannya itu disampaikannya saat berdiskusi dengan 89.2 FM Green Radio, di acara Green Talk.
GR (Green Talk): Apakah rencana itu selaras dengan niat Pemprov untuk mengedepankan moda transportasi umum?
YS (Yayat Supriyatna): Saya sangat prihatin akan hal itu. Satu sisi kita mengembangkan transportasi massal dalam bentuk busway, monorel, water-way, dan subway. Namun semuanya terbengkalai atau tidak berjalan mulus. Semuanya seakan terbentur.
Memang sangat dipahami, bahwa tidak ada pola penganganan tranportasi bisa diselesaikan dalam waktu pendek. Sehingga perlu dicari solusi guna menjembatani antara kebutuhan dan peningkatan jumlah kendaraan yang tinggi. Meskipun jalan alternatif yang bisa dibangun adalah jalan penghubung, yang berfungsi mengurai kemacetan di jalan yang jenuh. Tapi, pembangunan jalanan itu tidak akan menyelesaikan masalah, jika akar masalah berupa peningkatan jumlah kendaraan pribadi itu tidak segera diatasi.
GR: Ada argumen pertumbuhan jalan tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan. Menurut Anda?
YS: Kita harus bertanya, apakah pembangunan jalanan itu adalah solusi yang paling tepat. Sementara itu, kita ketahui bahwa peningkatan kendaraan berlipat-lipat dari peningkatan jalan itu. Rasanya hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Padahal dengan mengedepankan peningkatan ruas jalan, justru memicu orang tetap menggunakan kendaraan pribadinya.
GR: Jadi, lebih memilih meningkatkan angkutan massal?
Angkutan massal adalah pilihan yang tidak bisa dipilih lagi alternatif lainnya untuk Jakarta. Ini adalah pilihan cerdas. Tapi mengapa selalu mengalami benturan.