KBR, Ngawi - Ratusan hektar tanaman tembakau yang baru berumur 2,5 bulan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur terancam gagal panen alias puso. Kondisi ini menyusul hujan yang terus mengguyur sejak beberapa hari terakhir.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Ngawi, Sojo mengatakan, tingkat kerusakan tembakau akibat diguyur hujan deras beberapa hari terakhir mencapai 50 persen dari total sekitar 500 hektar lahan tanaman tembakau milik warga di Kecamatan Karangjati.
“Se-Kecamatan Karangjati yang daerah tembakau sisanya 50 persen. Karena terendam air selama tiga hari berturut turut, jadinya tembakau yang belum waktunya tua pun menjadi busuk. Ini akar sudah busuk, tidak mungkin tumbuh lagi,” ujar Sojo saat ditemui KBR Media di lahan tembakau miliknya, Selasa (1/10/2024).
Sojo menambahkan, petani tembakau masih tertolong dengan harga tembakau yang saat ini cukup bagus, atau berkisar antara Rp45 tibu hingga Rp48 ribu per kilogram.
Dampak dari itu semua, sejumlah petani tembakau di Ngawi memilih melakukan panen dini tanaman mereka, demi menghindari kerugian yang lebih besar lagi.
Dengan kondisi seperti saat ini, bagi petani, menurut Sojo, bisa mengembalikan biaya tanam Rp35 juta per hektar saja sudah cukup beruntung.
“Tahun ini saya memprediksi, petani bisa mendapatkan untuk satu hektar minimal diatas Rp60 juta. Kita ambil rata-rata produksi petani adalah 2 ton, maka kalau produksinya 2 ton, berarti 1 hektar bisa dapat Rp80 juta. Sebenarnya itu teorinya alias ini hanya diangan angan saja,” keluhnya.
Sementara itu, Kabid Perkebunan dan Holtikultura DKPP Ngawi, Hendro Budi Suryawan mengatakan, akibat diguyur hujan terus-menerus selama beberapa hari terakhir, membuat sekitar 500 hektar tanaman tembakau milik warga mengalami penurunan kualitas.
Sebagian petani tembakau di Ngawi yang baru menanam di awal Juni 2024, menurutnya, masih bisa mengembalikan modal hingga 30 persen.
“Masih bisa panen, dipetik awal, ya kembali 30 persen bisalah. Untuk kedepannya kami imbau kepada petani tembakau seyogyanya tanam akhir itu di bulan Juni,” katanya.
Baca juga: