Bagikan:

Indonesia Butuh Asupan Protein, 5,5 Ton Ikan Beku Dibagikan untuk Warga DIY

Protein ikan mengandung zat-zat alami yang dibutuhkan tubuh seperti omega tiga, omega enam dan Docosahexaenoic Acid (DHA).

NUSANTARA

Senin, 07 Okt 2024 06:40 WIB

Author

Ken Fitriani

Protein

Pelepasan truk bantuan 5,5 ton ikan beku menuju Keraton Yogyakarta di Sasana Hinggil, Alun-Alun Selatan Yogyakarta (6/10/2024). (Foto: KBR/Ken)

KBR, Yogyakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Keraton Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar kampanye gerakan makan protein ikan untuk mewujudkan generasi emas. Kampanye ini digelar di Sasana Hinggil, Alun-Alun Selatan Yogyakarta, Minggu (6/10/2024).

Pada kesempatan itu, KKP memberikan bantuan 5,5 ton ikan beku kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman, Posyandu, pengurus masjid dan pelajar.

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Budi Sulistiyo mengatakan, acara ini merupakan upaya pemerintah untuk mengingatkan kembali kepada semua pihak bahwa Indonesia mempunyai sumber protein sangat kuat, yakni hasil laut atau perikanan.

Budi menyebut, protein ikan mengandung zat-zat alami yang dibutuhkan tubuh seperti omega tiga, omega enam dan Docosahexaenoic Acid (DHA). Unsur-unsur tersebut sangat membantu perkembangan sel-sel otak untuk mewujudkan visi dan misi Indonesia Emas 2045.

"Indonesia itu masih memerlukan asupan protein. Nah dengan program makan gratis ini sebagai satu pendorong, momentum yang sangat bagus bahwa pemerintah bersama pihak-pihak terkait akan mendesain bagaimana sih gizi yang dikonsumsi masyarakat," katanya.

Diungkapkan Budi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, asupan protein masyarakat Indonesia baru mencapai 62 gram perkapita perhari. Sementara negara maju asupan protein sudah diatas 100 gram perkapita perhari.

"Ini akan dilakukan secara bertahap untuk mencapai seratus gram. Di sisi lain, kalau kita lihat ketika konsumsi protein ikan naik, apa yang terjadi? Kita akan menyejahterakan masyarakat nelayan yang mungkin selama ini tingkat pembeliannya sangat tinggi," jelasnya.

Budi mengakui, masih banyak kendala untuk memasyarakatkan gerakan makan protein ikan ini. Salah satunya adalah kendala psikologis dari sejumlah masyarakat yang belum terbiasa mengonsumsi ikan sebagai lauk sehari-hari.

"Tidak semua masyarakat bisa makan ikan. Maka dengan perkembangan ini kami sampaikan bahwa, ikan itu bisa dikonsumsi secara segar maupun olahan atau dengan ekstrak protein ikan yang bisa dicampur dengan makanan apapun, " ujarnya.

Disinggung soal susu ikan, kata Budi, produk itu merupakan turunan dari Hidrolisat Protein Ikan (HPI) yang hasilnya dari struktur, rasa sesuai dengan susu. Susu ikan ini merupakan susu analog yang bukan berasal dari kelenjar.

"Susu ikan itu minuman berprotein tinggi kemudian dikenal dengan susu ikan. Jadi ini tinggal bagaimana menyampaikan tolok ukurnya untuk mengukur bagaimana meningkatkan protein masyarakat, tata pola masyarakat, bagaimana nanti stunting menurun. Dampak-dampak ini harus kita ukur semua," tandasnya.

Sementara itu, Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh KPH Purbodiningrat mengatakan, meskipun Indonesia kaya hasil laut namun masyarakatnya belum gemar makan ikan.

"Apabila kita ingin mencapai level sebagai bangsa yang berbudaya bahari, maka sejatinya dapat diawali dari meja makan, dimana ikan harus menjadi menu utama," jelasnya.

Menurut Sultan, kampanye ini menjadi momentum untuk kembali menegaskan komitmen besar tadi, melalui program gerakan memasyarakatkan makan ikan atau gemar ikan.

Namun ada satu elemen penting yang perlu diperhatikan, yaitu strategi gastronomi hasil laut yang bukan sekedar kampanye makan ikan saja, tetapi juga bagaimana mengolah hasil laut dengan tepat agar nutrisinya tidak hilang.

"Pengolahan ikan yang bijak, yang sesuai kaidah gastronomi memastikan bahwa, setiap sajian ikan yang kita konsumsi tetap kaya gizi, vitamin dan mineral yang diperlukan sekali bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi kita," tutur Sri Sultan.

Baca juga:

Jokowi: Potensi Besar Tambak di Pantura Tidak Dimanfaatkan

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending