Ketua kelompok nelayan kepiting, Rusdi mengatakan, dari 50 orang anggotanya saat ini hanya tinggal 10 nelayan yang turun ke laut mencari kepiting.
”Kalau sekarang di pasar pasar itu kena 15 sudah. Bilangnya pengumpul ini susah jadi dikasih turun harga. Biasanya kalau kemarin sampai 50," ujar Rusdi, Jum’at (14/10/2016).
Rusdi menuturkan, para nelayan juga mengeluhkan keberadaan puluhan nelayan Filipina yang berada di wilayah perbatasan Sungai Ular. Menurutnya, keberadaan nelayan Filipina itu membuat area pencarian kepiting nelayan di Nunukan berkurang.
”Kalau daerah Kanduangan jarang sudah kita masuk situ, disitu Filipina semua. Sungai ular itu banyak semua. Baru dia itu tinggal disana, bukan di perbatasan di daerah kita, di rumah tambak-tambak jebol yang ada rumahnya,” imbuhnya.
Rusdi menambahkan, dari segi penjualan, nelayan Filipina juga diuntungkan dibandingkan nelayan lokal. Nelayan Filipina bisa menjual kepiting dengan harga mahal hingga Rp160.000 per kilo ke Tawau, Malaysia. Sementara nelayan lokal tidak boleh karena ada larangan dari Kementrian Perikanan dan Kelautan.
Baca juga: Defisit Anggaran, Pemkab Nunukan Minta Biaya Berobat RSUD Dinaikkan
Editor: Sasmito