KBR, Malang – Kebakaran di wilayah Gunung Semeru mencapai 103 hektare. Lahan yang terbakar itu meliputi 32 hektare di wilayah kerja Bromo dan 71 hektare di wilayah kerja Semeru. Juru bicara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Khairun Nisa mengatakan, kebakaran disebabkan oleh dua faktor yakni faktor alam seperti musim kemarau panjang dan kesalahan para pendaki.
“Ada beberapa kemungkinan bisa jadi memang karena cuacanya panas, musim kemarau panjang. Bisa juga karena human error, bisa jadi pendaki bikin api unggun kemudian karena dingin dia merokok dan puntung belum mati sempurna dia lempar. Walaupun di setiap pengumuman di website ada hal yang dilarang dilakukan oleh mereka seperti membuat api unggun. Tapi siapa yang bisa memantau bahwa mereka betul–betul tak membuat api unggun?” Tanya Nisa, Selasa (27/10).
Pemadaman sulit dilakukan lantaran secara topografi memiliki tingkat kemiringan mencapai 70 derajat. Pemadaman dilakukan dengan cara manual hingga membuat sekat bakar di lokasi yang sulit dijangkau. Di sekitar lokasi kebakaran suhu udara mencapai 38 derajat Celsius, padahal suhu normal 27 derajat Celsius. Taman nasional elah menutup Gunung Semeru untuk pendakian sejak Kamis (22/10).
“Ini berarti sudah sedemikian panasnya di sekitar lokasi kebakaran. Keselamatan lebih diutamakan,” ucap Nisa.
Kebakaran ini juga mengancam satwa endemik seperti kera ekor panjang, lutung, berbagai jenis burung dan macan tutul. Tapi sampai sejauh ini belum ada informasi adanya satwa yang mati terpanggang atau turun ke pemukiman penduduk.
“Bisa jadi hewan itu migrasi mencari tempat yang lebih aman ke dalam hutan,” tandas Nisa.
Editor: Rony Sitanggang