KBR, Jakarta – Wanita difabel asal Klaten, Jawa Tengah, ini kembali unjuk gigi. Setelah tahun lalu bermotor dari Jakarta ke Bali, kali ini Sri Lestari (41) kembali melakukan perjalanan penuh tantangan dari Titik Nol Kilometer Indonesia di Kota Sabang, Pulau Weh, Aceh hingga ke Ibu Kota Jakarta.
Melakukan perjalanan sekitar seribu kilometer dengan memakai motor yang sudah dimodifikasi menjadi roda tiga, Sri ingin meningkatkan kepedulian masyarakat dan pemerintah pada kaum difabel. Semangat ini, kata dia, bersumber dari perjalanan hidupnya.
“Insiprasi dari pengalaman pribadi, karena saya mengalami separuh tubuh lumpuh dari ulu hati sampai kaki. Sempat 10 tahun (di rumah saja) karena tidak punya akses transportasi. Setelah punya motor, saya bisa aktif, punya pekerjaaan, dan bisa mengunjungi temen-teman yang senasib,” ujar Sri Lestari ketika dihubungi Portalkbr, Selasa (7/10).
Sri bercerita, ia lumpuh pada tahun 1997 saat umurnya 23 tahun karena kecelakaan sepeda motor. Ini membuatnya menjadi seorang paraplegia atau mengalami penurunan fungsi sensorik dari gerak tubuh akibat cedera sumsum tulang belakang.
“Ada beberapa tulang rusuk saya yang tidak terasa kalau dicubit,” katanya.
Walau dalam kondisi itu, Sri tetap bersemangat untuk menjalani perjalanan kedua ini. Saat ini ia sudah berada di Provinsi Lampung. Sekitar satu bulan lalu, pada 5 September ia tiba di Kota Sabang.
“Di Sabang start 5 September, tapi saya datang ke Aceh (dari Yogyakarta) tanggal 3 September. Ke Aceh naik pesawat, dan motor dikirim menggunakan truk. Tanggal 4 (September) datang ke Sabang tgl 5 September start di titik nol (Kota Sabang),” ujar Sri.
Perjalanan Sri ini didukung oleh tempat ia bekerja yakni United Cerebral Palsy-Roda untuk Kemanusian (UCP-RuK) yang berkantor di Yogyakarta. Lembaga sosial ini fokus melayani penyediaan kursi roda dan alat bantu mobilitas untuk anak-anak hingga dewasa.
Melalui bantuan dari kantornyalah Sri rencananya akan bertemu dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama pada Jumat (10/10/2014). Rabu ia akan ke Pelabuhan Bakauheni dan menginap sehari di Cilegon, Provinsi Banten. Ia berharap bisa menyuarakan pentingnya hak penyandang disabilitas pada Ahok.
“(Saya) optimistis Ahok mendengarkan. Karena semakin banyak orang yang berjuang. (Dan) ketika (kaum difabel) diberi kesempatan kami sama seperti warga pada umumnya. Ini (bagian) proses perjuangan,” kata Sri.
Sejauh ini, kata Sri, pelaksanaan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas masih lemah ditataran pelaksanaannya. Misalnya keberadaan akses publik untuk kaum difabel.
“Saya ingin ada dukungan dari pemerintah. Kami perlu akses untuk ke mana pun pergi sendiri. (Sarana) transportasi dan fasilitas publik seperti puskesman, terminal dan stasiun untuk kursi roda,” ujar Sri.
Namun, yang terpenting, kata Sri, ia ingin bagi semangat dan ilmunya pada rekan-rekan senasib.
“Tetap aktif melakukan aktifitas di rumah dengan mandiri. (Jika) ada fasilitas (transportasi) bersosialisasi seperti warga biasa. Mengakses pekerjaan juga dan harus sehat,” pungkasnya.
Sri Lestari menjadi tamu istimewa di program Sarapan Pagi KBR edisi Jumat (10/10/2014). Simak video ketika Sri Lestari menjajal fasilitas yang ada di kantor KBR, apakah sudah cukup ramah bagi penyandang disabilitas?