Bagikan:

Petani Cabai: Semoga Tuhan Cepat Menurunkan Hujan

Musim kemarau panjang beberapa bulan terakhir membuat petani cabai di wilayah Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, pening. Mereka pasrah karena tanaman mereka gagal panen akibat kekeringan dan kurang pasokan air.

NUSANTARA

Selasa, 28 Okt 2014 18:07 WIB

Petani Cabai: Semoga Tuhan Cepat Menurunkan Hujan

Petani Caba, Kekeringan

KBR, Muara Enim - Musim kemarau panjang beberapa bulan terakhir membuat petani cabai di wilayah Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, pening. Mereka pasrah karena tanaman mereka gagal panen akibat kekeringan dan kurang pasokan air.

Salah seorang petani cabai, Azhari (43) di Desa Datar Lebar mengakui, tanaman cabai seluas 1 hektare miliknya yang sudah memasuki masa panen kini rontok dan kering.

"Cabai yang saya tanam, hasil persilangan dan ditanam sejak sudah tiga kali panen, dan sekarang gagal panen karena musim kemarau, karena pertumbuhan cabai terganggu. Dan biasanya cabaie jenis ini panen lebih dari sepuluh kali," ucap Azhari tampak lesu, Selasa (28/10).

Azhari menjelaskan, selain kekeringan, serangan penyakit antrax dan sakit kuning atau jamur juga menyerang ribuan batang cabai miliknya.

Ia menyebutkan, hasil panen sebenarnya bisa menghasilkan 600 kilogram cabai dengan harga jual Rp8.000/kg. Sehingga ia bisa memperoleh Rp4,8 juta yang bisa ia pakai untuk biaya pengelolahan lahan, pupuk, obat-obatan dan bibit.

"Semoga Tuhan, cepat menurunkan hujan sehingga pertumbuhan cabai menjadi normal dan lahan yang siap ditanam kembali. Karena upaya yang dilakukan seperti penyiraman tetap saja tidak maksimal,"harapnya.

"Kepada pemerintah persediaan untuk pupuk harus ada, sebab selama ini pupuk subsidi maupun nonsubsidi atau obat-obatan sangat sulit didapat," sambungnya.

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending