Orang Tua Murid di Bandung Protes Ini ke Ridwan Kamil

KBR, Bandung - Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Kota Bandung, Jawa Barat, menetang rencana Pemkot Bandung menarik pungutan Rp 300 ribu per siswa untuk pendanaan pendidikan di SMA/SMK.

Mereka menuding Pemkot akan akan melanggar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 tahun 2008 terkait pendanaan operasional pendidikan di SMA dan SMK. Pungutan direncanakan untuk menambah biaya operasional pendidikan dari pemerintah pusat Rp1 juta dan provinsi Rp200 ribu per siswa.

Menurut juru bicara Fortusis Kota Bandung, Hari Santoni, baru-baru ini Pemkot Bandung berencana meneken peraturan pungutan pendanaan operasional pendidikan senilai Rp300 ribu per siswa.

"Pemerintah daerah baik kota mau pun kabupaten tidak diperbolehkan mengeluarkan regulasi berkaitan dengan pendidikan menengah. Karena itu merupakan wewenang Pemerintah Provinsi. Jadi kayaknya mungkin Pak Kepala Dinas atau bagian hukum mau pun Pak Wali Kota belum membaca adanya regulasi tersebut. Karena sanksinya sangat berbahaya bagi wali kota," ujarnya di depan Kantor DPRD, Jalan Sukabumi, Bandung, Jumat (24/10).

Hari mengatakan, kebijakan itu akan membuat pemerintah setempat dianggap tidak teliti dalam rencana pendidikan. Ia menyebutkan sekarang ini Pemkot Bandung lebih fokus terhadap ongkos berbagai acara pencitraan.

Seharusnya kata dia, Wali Kota Bandun, Ridwan Kamil mencontoh 20 kota dan kabupaten lain di Jawa Barat yang telah menggratiskan ongkos pendidikan. Kota dan kabupaten yang terlah menggratiskan ongkos pendidikan diantaranya Purwakarta, Sumedang, Banjar, Depok, Bekasi dan Cirebon.

Sejumlah orang tua siswa melakukan unjuk rasa di depan Kantor DPRD, Jalan Sukabumi, Bandung, Jumat (24/10). Mereka mengadukan rencana penekenan keputusan pungutan pendanaan operasional pendidikan senilai Rp300 per siswa kepada orang tua siswa.

Dalam unjuk rasa itu sejumlah poster dibentangkan berisi tulisan "Selamat Bpk. Ridwan Kamil Nominator Walikota Terbaik di Dunia Dalam Memungut DSP/SSP" , "Biaya Pendidikan di Kota Bandung Mahal dan Memberatkan Orang Tua Peserta Didik".

Editor: Anto Sidharta