Bagikan:

Kemarau Meluas, 47 Desa di Trenggalek Dihantui Krisis Air

Lebih dari separuh desan yang masuk kawasan rawan kekeringan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, kini mengalami krisis air. Dari 47 desa yang masuk kawasan rawan kekeringan kini 26 desa diantaranya mengalami krisis air sejak beberapa bulan terakhir.

NUSANTARA

Jumat, 17 Okt 2014 14:31 WIB

Kemarau Meluas, 47 Desa di Trenggalek Dihantui Krisis Air

Kemarau Meluas, 47 Desa di Trenggalek

KBR, Trenggalek – Lebih dari separuh desan yang masuk kawasan rawan kekeringan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, kini mengalami krisis air. Dari 47 desa yang masuk kawasan rawan kekeringan kini 26 desa diantaranya mengalami krisis air sejak beberapa bulan terakhir.

Menurut Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupetran Trenggalek, Kustiyoso, ke 26 desa tersebut tersebar di sembilan kecamatan, yakni Trenggalek, Karangan, Suruh, Tugu, Dongko, Panggul, Bendungan, kampak dan Kecamatan Pogalan. 

Untuk mengatasi dampak kekeringan tersebut, BNPD Trenggalek masih memberikan bantuan air bersih untuk warga.

"Sampai sekarang sudah meluas di 26 desa dan telah diberikan air bersih. Diperkirakan kekeringan akan terjadi di 47 desa di 12 kecamatan. Sampai saat ini kami sudah mendistribusikan bantuan air sebanyak 600 tangki," kata Kustiyoso di Trenggalek, Jumat (17/10).

Kustiyoso mengambahkan, jumlah air yang diberikan itu setara dengan 3,6 juta liter. Bantuan air ini akan terus digelontorkan hingga akhir Desember mendatang atau sampai berakhirnya musim kekeringan.

Namun demikian, Kustiyoso mengaku ada beberapa desa yang tidak mendapatkan bantuan air bersih. Ini karena kondisi medan yang sulit dijangkau oleh kendaraan pemasok air. Khusus daerah-daerah sulit tersebut rencananya akan diusulkan untuk dibangun saluran air pada tahun depan.

Puluhan desa di Trenggalek, setiap tahun rutin mengalami krisis air. Daerah-daerah yang menjadi langgagan kekeringan rata-rata berada di kawasan pegunungan yang kondisinya tandus. Selama belum mendapatkan pasokan air dari pemerintah, warga terpaksa memanfaatkan air yang tak layak konsumsi.

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending