Bagikan:

Harga Obat Mahal, Jokowi Didesak Putuskan Perjanjian dengan WHO

Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kala didesak untuk memutuskan perjanjian terkait pembayaran paten produksi obat dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk pasien terpapar HIV/AIDS yaitu Anti-Retroviral Virus (ARV).

NUSANTARA

Selasa, 21 Okt 2014 13:50 WIB

Author

Arie Nugraha

Harga Obat Mahal, Jokowi Didesak Putuskan Perjanjian dengan WHO

Obat Mahal, Jokowi, WHO

KBR, Bandung – Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kala didesak untuk memutuskan perjanjian terkait pembayaran paten produksi obat dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk pasien terpapar HIV/AIDS yaitu Anti-Retroviral Virus (ARV).

Jaringan Aksi Perubahan Indonesia (JAPI) Jawa Barat menyatakan, perjanjian dengan WTO itu menyebabkan harga obat mahal, terutama jenis ARV yang setiap hari dikonsumsi.

Menurut juru bicara JAPI Jawa Barat, Dion Nuryadi, produsen obat dalam negeri akan mampu memproduksi obat sejenis.

"Tapi hari ini Kimia Farma, khususnya untuk Anti-Retroviral Virus sudah mampu. Tapi subsidi dari pemerintah tidak ada untuk itu. Dari pemerintah tidak ada untuk meng-cover hal ini," ujar Dion Nuryadi saat berunjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jawa Barat, Jalan Dipenogoro, Bandung, Selasa (21/10).

Dion Nuryadi mengatakan, pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla harus memberdayakan perusahaan produsen obat dalam negeri. Ia menyebut, dengan memutuskan perjanjian dengan WTO, pemerintah nantinya bisa memproduksi obat mujarab dengan harga murah untuk rakyatnya. Selain ARV, obat yang bisa diproduk di dalam negeri adalah obat untuk penyakit jantung, kanker dan lupus.

JAPI menyatakan, mahalnya segala jenis obat, terutama jenis ARV membuat 43.677 orang dengan HIV/AIDs dari 55.623 kasus AIDS di Indonesia harus merogoh biaya tambahan untuk berobat.

Pemicunya karena Indonesia menjadi salah satu dari 157 negara yang ikut menandatangani perjanjian dengan WTO untuk membayar paten obat pada tahun 1995.

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending