Bagikan:

Icha,

Dua puluh dua tahun usianya saat itu, Bidan Hardinisa Syamitri sudah bisa meluluhkan hati dukun beranak di Jorong (dusun, red.) Luak Bega, Talang Anau, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.

NUSANTARA

Kamis, 31 Okt 2013 20:35 WIB

Author

Anto Sidharta

Icha,

Hardinisa Syamitri, Satu Indonesia, Sumatera Barat

KBR68H, Jakarta – Dua puluh dua tahun usianya saat itu, Bidan Hardinisa Syamitri sudah bisa meluluhkan hati dukun beranak di Jorong (dusun, red.) Luak Bega, Talang Anau, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.

“Padahal dia dukun beranak, tapi anaknya yang mau melahirkan dibawa ke saya. Saat itu ada pendarahan persalinan. Dia sendiri gak berani menolong (anaknya bersalin),” cerita Hardinisa Syamitri, yang biasa disapa Icha soal kejadian di tahun 2006 itu.

Setelah persalinan, dukun itu memperoleh cucu perempuan yang sehat. Dari momen itulah banyak warga semula memilih bersalin dan berobat ke dukun, kini datang kepadanya. Maklum, saat itu, di dusun hampir tiga tahun tidak memiliki memiliki tenaga kesehatan. Apalagi, ditambah dengan jarak puskesmas yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari pemukiman penduduk. Belum lagi  kondisi jalan berupa tanah berbatu, yang saat hujan berubah menjadi kubangan tanah liat.

Kondisi itu tidak membuat Icha, PNS Pemda Kabupaten 50 Kota, patah semangat mengubah pola pikir warga soal kesehatan. Sebab di dusun yang dihuni oleh 400 jiwa itu, warganya memilih dukun dari pada tenaga medis seperti bidan.

“Saat kita datang ke sana, mereka tidak percaya pada kita. Sebab nenek moyangnya sudah ke dukun. Apalagi kita orang baru, orang asing,” kenang Icha.

Namun, Icha tak patah semangat. Ia pun tak sungkan untuk merangkul dukun beranak diberi pelajaran soal tata cara persalinan yang benar.  “Kita lakukan pendekatan terus. Kita sharing dengan beliau (dukun, red.),” ungkap Icha. Melalui cara itu, ia mengaku tidak ada konflik dengan dukun.

Berkat dedikasinya, Icha terpilih menjadi salah satu penerima penghargaan Satu Indonesia. Ajang ini didedikasikan perusahaan otomotif Astra bagi kaum muda yang berprestasi.

Membantu Pengolahan Gula Aren

Tak hanya kesehatan, Icha juga memperhatikan keseharian warga Luak Bega yang hampir 90 persen penduduknya adalah petani gula aren. Ia membantu memberi penyuluhan soal kebersihan gula aren. 

“Cara pengolahan kurang higienis. Saya sarankan disaring dulu untuk sebelum diolah,” ungkap Icha. Ini ia lakukan karena gula aren yang ia lihat sering tercampur kumbang, semut, batu, kayu, dan kotoran lain. Sebab, kata dia, gula aren yang tidak hieginis itu berpengaruh pada kesehatan warga dusun.

“Ada (warga) yang mencret, batuk-batuk. Ini pengaruh dari tidak sehatnya pengolahan gula aren,” tambah Icha.

Selain itu, berkat penyuluhan Icha, produk gula aren di dusun itu kini bersih dan higienis. Ini membuat harga jual gula aren menjadi lebih tinggi. "Jika sebelumnya hanya Rp 10.000 maka gula yang bersih bisa dihargai Rp 12.000 hingga Rp 15.000 per kilogram," ujar Risman (50) penduduk Luak Bega yang sudah 20 tahun membuat gula aren.

Pindah Penugasan

Dua tahun di Luak Bega, Icha kini menjadi Bidan Koordinator di Talang Anau, yang bertanggung jawab atas kesehatan di tiga jorong; Talang Anau, Simpang Padang, dan Luak Bega. Area kerjanya menjadi lebih luas dengan 1500-an warga.

Di Nagari Talang Anau yang sebagian wilayahnya terletak di perbukitan batu tersebut, Icha membentuk perkumpulan Lansia yang diberi nama Sehat Rohani Jasmani (Seroja). Tujuannya, selain memberi pelayanan dan pendidikan kesehatan untuk lansia, juga sekaligus untuk pendekatan kepada keluarga mereka.

“Kalau di kampung-kampung lansia adalah panutan bagi masyarakat dan keluarga. Kalau kita sudah bisa mengubah prilaku lansia, otomatis kita akan gampang mempengaruhi orang-orang yang ada di rumah itu,” tutur Icha.

Kini, 120 dari dari 200-an di dusun itu lansia aktif di kegiatan musik rebana dan menganyam. "Yang tidak selalu aktif disebabkan karena sudah pikun, lumpuh atau stroke yang membutuhkan bantuan orang lain jika beraktifitas,”jelas Icha.

Dugaan Icha terbukiti. Aktifnya kegiatan para lansia membuat Posyandu kembali ramai. "Sebelum dibentuk kelompok lansia, tingkat kunjungan posyandu hanya di bawah 50 persen. Kini, kunjungan posyandu lebih dari 75 persen," ujar Icha.

Apa yang menjadi rahasia Icha bisa melakukan itu semua? Jawabannya sederhana. “Jgn lihat lingkungan. Hadapi saja tantangan dengan ikhlas. Jadikan motivasi untuk maju,” pungkas Icha.

Sumber: Satu Indonesia 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending