Bagikan:

Belajar Bertanam bersama Kelompok Tani Jangan Omong Saja

KBR68H, Waingapu - Tidak ada kata terlambat untuk belajar, apalagi belajar dalam kehidupan ini, tidak ada kata berhenti. Kelompok tani organik JOS, baru saja berjalan sekitar 1 bulan lebih.

NUSANTARA

Selasa, 01 Okt 2013 15:24 WIB

Belajar Bertanam bersama Kelompok Tani Jangan Omong Saja

kelompok tani organik, jangan omong saja, waingapu

KBR68H, Waingapu - Tidak ada kata terlambat untuk belajar, apalagi belajar dalam kehidupan ini, tidak ada kata berhenti. Kelompok tani organik JOS, baru saja berjalan sekitar 1 bulan lebih. Anggota kelompok ini ada yang mama-mama, nyong-nyong hingga nona-nona.

Ada yang senang tanam sayur tetapi tidak tahu cara yang baik untuk menghasilkan panen baik. Ada yang baru menenam di polibag, bahkan ada yang baru sekali ini mulai belajar tanam sayur. Ada juga yang selama ini sudah mengajar ke kelompok yang buta huruf cara  bertanam sayur, dan cara bertananam ini dipakai sebagai cara masuk untuk mengajar kelompok yang selama ini belum bisa baca huruf.

Mereka tergabung dalam kelompok tani organic JOS, Jangan Omong Saja. Setalah masa belajar mengolah tanah, menyemai 2 tanaman, sekarang sudah masanya menanam.

Semaian kol pada  31 Agustus 2013, dimulai dengan pembuatan  polibag daun pisang sebagai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan anggota kelompok.

Masing – masing membuat lebih dari 100 polibag daun pisang.  Tidak gampang menaruh bibit kol untuk disemai. Pembimbing kelompok dari Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu IPPHTI Rahmat, memberikan contoh cara menyemai bibit kol, menggunakan sedikit bedak tabur.

Cukup lama menanti semaian kol untuk dipindahkan ke bedeng tanam. Waktunya hampir sebulan kalau dihitung hari, tetapi bagi petani yang sudah mahir ada cara lain untuk melihat apakah bibit siap dipindah, cukup dengan menghitung jumlah daunnya.

Dua minggu setelah kol disemai, baru anggota kelompok menyemai bibit semangka. Semangka yang disemai anggota kelompok tani organik JOS, hanya butuh waktu 2 minggu untuk siap dipindah. Setelah 2 minggu, terlihat bibit semangka segar dan subur.

Untuk menyiram tanaman kol dan semangka, anggota kelompok diajari cara untuk tidak boros air. Aalagi saat musim panas menyengat, tanaman isiram pagi dan sore, setiap kali siram cukup menggunakan air dengan ukuran 1 gelas air mineral dan air diambil dari sungai dekat kebun belajar. Untuk sekali menyiram kol sekitar 300 pohon dan semangka
300 pohon dibutukan sekitar 10 ember yang masing-masing isinya 7 liter.

Dalam kesempatan belajar ini, kelompok juga diperkenalkan menggunakan mulsa (plastik). Di lahan belajar ada 4 bedeng semangka menggunakan mulsa, 1 bedeng tidak menggunakan mulsa, bedeng semangka yang tidak menggunakan mulsa milik 3 orang anggota kelompok. Dua cara tanam semangka ini sengaja dipakai untuk bahan pembanding bagi anggota kelompok.

Untuk menyiram, selain mengambil air dari sungai dan menyiram seperti biasa, juga dikenalkan cara menyiram menggunakan kran putar. Kran putar diikat di sebuah bambu yang ditancap ke tanah. Saat kran berputar yang didorong mesin dan air terpancar keluar darinya, anggota kelompok bisa mengerjakan pekerjaan lainnya.

Menanam sayur di lahan belajar ini menjadi salah satu cara untuk memberitahu warga bahwa tanahnya subur dan diberkati oleh Yang Kuasa. Hanya karena ketidaktahuan saja tanah-tanah yang subur itu dibiarkan begitu saja.

Editor: Doddy Rosadi

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending