Bagikan:

Banyak Warga Kutim yang Tidak Bangga Lagi Menjadi Petani

KBR68H, Sangatta - Pergeseran lahan potensial untuk pertanian menjadi perumahan dan industri di Pulau Jawa juga merambah di Kalimantan Timur termasuk Kutai Timur (Kutim).

NUSANTARA

Kamis, 24 Okt 2013 11:49 WIB

Banyak Warga Kutim yang Tidak Bangga Lagi Menjadi Petani

kutai timur, petani, tidak bangga lagi

KBR68H, Sangatta - Pergeseran lahan potensial untuk pertanian menjadi perumahan dan industri di Pulau  Jawa juga merambah di Kalimantan Timur termasuk Kutai Timur (Kutim). Karena itu,  gagasan  pencetakan sawah  yang dikenal sebagai Food Estate yang digalakan pemerintah  diragukan bisa berhasil.

Menurut bekas Sekertaris Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan  Kutim Hormansyah, penyebab terjadinya pergeseran pemanfaatan lahan pertanian ke pertambangan karena pengaruh hasil.
 
“Jika pertanian memerlukan waktu lama dan ketelatenan serta menghasilkan uang relatif kecil, sementara tambang mudah dan cepat serta mendatangkan uang dalam jumlah banyak,” beber Hormansyah.

Bekas Camat Sangkulirang ini mengungkapkan banyaknya petani yang lari ke  tambang atau perkebunan. “ Prinsip  mereka  ada uang, beras bisa dibeli  daripada jadi  petani, yang tidak jelas hasilnya,” bebernya.

Horman mengatakan, Desa Selangkau Kecamatan  Kaliorang mempunyai  lahan pertanian seluas 800 hektar  yang selama ini menjadi andalan sebagai penghasil padi ditambah  pengairan yang baik karena diatur dengan memanfatkan bendungan.

Akibat ketiadaan tenaga kerja sebagai penggarap sawah, akhirnya sawah yang potensial menjadi padang ilalang.

“Kalau mau mencetak sawah, maka tenaga kerjanya harus jelas dari mana artinya  jika  ada perusahan yang mau menanamkan modal untuk menggarap sawah, tenaga kerjanya harus jelas. Kalau hanya kerja sama dengan petani lokal untuk menggarap, sementara hasilnya hanya menunggu panen kelak  ditinggalkan lagi,” katanya seraya menambahkan masyarakat tidak merasa bangga lagi menyandang predikat sebagai petani.

Beralihnya sejumlah petani menjadi karyawan tambang termasuk warga transmigrasi yang sebelumnya diarahkan mampu menggarap lahan pertanian yang ada, diakui Hormansyah menjadi beban tersendiri bagi pemerintah.

Sumber: Radio Gema Wana Prima

Editor: Doddy Rosadi

 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending