KBR, Bondowoso - Mendengar istilah pesantren, pasti tertuju pada sebuah lembaga pendidikan yang menitikberatkan pembelajaran pada ilmu agama Islam kepada murid atau yang biasa disebut santri. Namun, bayangan itu akan berubah sekaligus, jika yang dikunjungi adalah Pesantren Al Ghafur yang berada di Dusun Blumben, Desa Sukowiryo, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Bayangan pesantren pada umumnya, akan berganti dengan pemandangan yang tidak biasa.
Pesantren ini memang aneh, unik dan juga tak biasa karena santri yang tinggal disana merupakan orang – orang dengan gangguan kejiwaan atau gila. Pemilik pesantren ini adalah Haji Abdul Ghafur. Pria berusia 64 tahun yang rela mengabdikan hidupnya untuk mengurus ratusan orang dengan gangguan kejiwaan di pesantren miliknya.
Berdiri pada 1976, Pesantren Al Ghafur ini sejak awal memang merawat orang dengan gangguan kejiwaan mulai dari stress, depresi berat sampai gila. Haji Ghafur mengaku, merawat dan mengurus serta berusaha menyembuhkan semua santrinya, merupakan panggilan hati. Tidak hanya Haji Ghafur, istri dan juga kedua anaknya sering membantunya untuk menyiapkan berbagai kebutuhan santri mulai dari makan sampai kebutuhan lainnya.
Saat ini, tercatat ada 130 santri yang tinggal di pesantren milik Haji Ghafur. Mereka semua datang dari berbagai wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Bekasi, Bandung, Pontianak, bahkan Malaysia. Haji Ghafur mengaku senang dan bahagia mengurus semua santrinya meski kondisi mereka tidak seperti orang pada umumnya.
“Saya merasa punya tanggung jawab, saya senang melakukan ini semua, rasanya mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Mereka memang gila, tapi mereka juga manusia,” kata haji Ghafur saat berbincang dengan KBR disela-sela memantau santrinya di asrama, Kamis (4/9).
Untuk biaya operasional pondok pesantren miliknya, Haji Ghafur mengaku membiayai sendiri. Sampai saat ini, pihaknya tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Padahal, Pemkab Bondowoso memiliki program pemberian bantuan dana hibah pada lembaga keagamaan termasuk pesantren.
Namun Haji Ghafur tidak patah arang. Meski tak mendapat bantuan, dia tetap menjalankan pesantrennya tanpa bantuan siapapun. Dia mengaku enggan meminta – minta bantuan kepada siapapun meski yang dirawat dan diasuhnya adalah orang gila. Dalam sehari, Haji Ghafur mengaku mengeluarkan dana sebesar Rp 500 ribu untuk biaya makan 3 kali dalam sehari untuk para santri.
Saat ditanya metode penyembuhan apa yang digunakan untuk menyembuhkan para santrinya, Haji Ghafur mengatakan hanya menggunakan doa biasa, tidak ada yang khusus. Hanya saja Haji Ghafur menempatkan mereka semua sebagai keluarga.
“Saya tidak pakai doa khusus, tidak pakai ilmu khusus juga. Doa seperti biasa saja, memohon kesembuhan untuk mereka, karena bagaimanapun mereka sudah saya anggap keluarga,” katanya.
Namun kondisi pesantren khusus ini memang tidak bisa dibilang layak. Sejak dibangun 38 tahun lalu, belum ada perubahan yang berarti dari setiap bangunannya. Bahkan saat KBR berkunjung ke pesantren Al Ghafur, beberapa bagian asrama sudah hampir roboh. Itu saking lapuknya. Meski begitu, Haji Ghafur mengaku akan terus merawat santrinya hingga akhir hayatnya.
Editor: Pebriansyah Ariefana
Pesantren Khusus Orang Gila di Bondowoso
KBR, Bondowoso - Mendengar istilah pesantren, pasti tertuju pada sebuah lembaga pendidikan yang menitikberatkan pembelajaran pada ilmu agama Islam kepada murid atau yang biasa disebut santri. Namun, bayangan itu akan berubah sekaligus, jika yang dikunjung

NUSANTARA
Kamis, 04 Sep 2014 19:29 WIB


Pesatren, bondowoso
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai