KBR, Kupang - Pemerintah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur menghidupkan kembali pasar-pasar tradisional perbatasan.
Penjabat Bupati Belu, Welem Foni mengatakan pasar perbatasan tidak saja mendorong pergerakan perdagangan dan ekonomi warga kedua negara. Tetapi juga menjalin kembali hubungan sosial warga perbatasan.
"Dalam daerah-daerah pada masa-masa transisi itu, kita anggap itu memang ada beberapa pasar yang di perbatasan termasuk yang bukan hanya itu ada juga di Lakmaras saya juuga pergi lihat, itu juga mesti dihidupkan kembali,” kata kata Welem Foni di Kupang, Selasa (16/09).
“Dalam arti bahwa inikan hanya memang ketegangan politik yang mengakibatkan sampai pasar-pasar perbatasan, artinya ada yang dampaknya bukan hanya masalah ekonomi tapi dampak sosial.”
Welem Foni menambahkan, Pemerintah kabupaten Belu akan membebaskan sementara biaya pajak bagi para pedagang di pasar-pasar perbatasan. Ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan aktivitas ekonomi di pasar perbatasan.
Di pasar tradisional perbatasan Motaain, kata Welem Foni, sekitar 30 pedagang di pasar itu, yang untuk sementara bebas pajak. Pasar tradisional di perbatasan RI - Timor Leste, pernah hidup beberapa tahun. Namun pasar-pasar itu kemudian ditutup karena ketegangan politik di perbatasan.
Editor: Antonius Eko